Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah, 8 Toilet Ramah Lingkungan!

Kompas.com - 02/08/2013, 10:07 WIB
Tabita Diela

Penulis

inhabitat.com Sabine Schober Toilet.
inhabitat.com Loowatt Toilet.
inhabitat.com The CRAPPER Toilet.
inhabitat.com Caltecht Toilet.
inhabitat.com Loughborough Toilet.
inhabitat.com The Toronto Toilet
inhabitat.com The Diversion Toilet
KOMPAS.com — Menurut Inhabitat, saat ini sebanyak 40 persen dari penduduk dunia masih hidup tanpa sanitasi yang memadai. Bahkan, mereka tidak mengenal atau tidak memiliki akses ke toilet. Instalasi sistem pembuangan dan pengelolaan limbah hampir tidak mungkin dibangun karena kurangnya infrastruktur. Efeknya, air tercemar dan 7.500 orang tewas setiap hari karena kurangnya sanitasi. Sebagian besar, yakni 5.000 di antara korban tersebut adalah anak-anak di bawah lima tahun.

Sebenarnya, teknologi yang ada saat ini bisa dieksplorasi lebih jauh lagi, membantu memberikan akses bagi penduduk negara berkembang memenuhi kebutuhan sanitasi.

Berikut ini delapan desain toilet yang dipublikasikan oleh Inhabitat. Beberapa sederhana, sebagian lagi menggambarkan kejeniusan dengan cara sederhana.

1. Ecological Urinal

Desain toilet ini sepintas tampak sangat sederhana. Hanya terdiri atas urinal dan sebuah jerigen. Meski sederhana, toilet ini khusus dirancang bagi tempat-tempat seperti Kampala dan Uganda. Konsepnya, toilet mengumpulkan dan mengolah urine tersebut menjadi pupuk. Biaya pembuatannya hanya 3 dollar AS (Rp 30.800). Sarah Kell dari Desain Tanpa Batas (Design Without Borders) merancang toilet ini bersama timnya. Hasil desain tersebut terpilih sebagai finalis Index Award 2013.

2. Loowatt

Loowatt merupakan sistem toilet tanpa air yang bisa mengubah kotoran manusia menjadi bahan bakar biogas dan dapat menahan bau. Uniknya, toilet ini dibuat dari 90 persen kotoran kuda. Pemilik Loowatt hanya perlu membawanya ke alat proses luar ruang. Kotoran akan diproses menjadi bahan bakar untuk memasak. Virginia Gardiner menghantarkan Loowatt merebut penghargaan AIGA Design Challenge dan finalis Buckmincter Fuller Challenge.

3. Sabine Schober

Sabine Schober menggunakan teknologi Terra Preta Sanitation. Toilet ini mencampurkan urine dan kotoran manusia dengan arang untuk menyuburkan tanah. Tanah tersebut dapat berguna dalam upaya reforestasi. Desain toilet ini juga unik, penggunanya bisa memilih untuk membuang air sembari duduk atau jongkok. Pembuatannya membutuhkan biaya 70 dollar AS (Rp 719.596). Toilet ini didesain oleh Sabine Schober dan memenangi World Toilet Organization Design Award 2013.

4. The CRAPPER

Namanya mengandung unsur komedi. The CRAPPER sebenarnya merupakan singkatan dari Compact Rotating Aerobic Pollution Prevention Excreta Reducer. Toilet dengan biaya sekitar 100 dollar AS (Rp1,027 juta) ini dapat memaksimalkan degradasi aerob secara dramatis mengurangi volume kotoran dan menghilangkan bau. "Rumah" drum secara khusus didesain agar aman, bersih, dan mudah dipindahkan jika sudah penuh. Toilet akan mengompos kotoran di dalamnya dan bisa diletakkan di luar rumah. Toilet ini dibuat oleh Toilets for People.

5. Caltecht

Toilet ini menyerap tenaga dari cahaya matahari serta mampu membersihkan dirinya sendiri. Urine dan kotoran manusia dapat diubah menjadi hidrogen dan pupuk. Sebuah panel solar termasuk dalam perangkat toilet ini. Panel solar tersebut memberikan tenaga bagi reaktor elektrokimiawi yang menguraikan kotoran menjadi pupuk. Toilet ini dikembangkan oleh California Institute of Technology. Sayangnya, biaya pembuatannya sangat mahal, mencapai 2.200 dollar AS (Rp 226 juta).

6. Loughborough University

Toilet ini dirancang untuk mengubah kotoran manusia menjadi material yang dikarbonasi sebagai sumber panas dan mineral sebagai pupuk. Kegunaan lainnya, dapat menyaring air untuk siraman dan mencuci tangan. Loughborough menggunakan proses yang disebut dengan hidrokarbonisasi termal berkelanjutan. Proses ini membunuh semua patogen untuk menciptakan produk yang aman bagi penggunanya.

Desainnya memungkinkan toilet ini bekerja pada konteks pribadi maupun publik dengan biaya perawatan per bulannya hanya beberapa sen per orang. Proyek perancangan toilet ini diketuai   M Sohail Khan dari Loughborough University dan menempati posisi kedua terbaik pada Gates Foundation Reinvent The Toilet Challenge.

7. The Toronto

Toronto Toilet penuh dengan pasir dan ruang disinfektan ultraviolet untuk memproses limbah urine, serta ruang pembakaran untuk menghanguskan kotoran solid yang telah kering. Toilet ini ramah lingkungan, mudah digunakan, dan dapat memproses limbah sembari memproteksi komunitas dari kontaminasi. Toilet ini juga mudah diperbaiki dan dioperasikan di dalam komunitas terpencil. Sebuah tim dari Universitas Toronto yang diketuai Yu-Ling Chen merupakan otak di balik Toronto Toilet. Mereka mendapat penghargaan sebagai tiga terbaik Gates Foundation Reinvent The Toilet Challenge.

8. The Diversion

Cara kerjanya adalah mengumpulkan urine dan kotoran padat manusia secara terpisah. Kotoran-kotoran yang terkumpul diolah menjadi biogas atau pupuk pada fasilitas daur ulang komunal. Sembari mengumpulkan kotoran, toilet ini juga mendaur ulang air yang telah digunakan. Toilet jongkok modern ini dapat berfungsi tanpa air atau sistem pembuangan. Biaya operasinya cukup murah. Setidaknya, satu orang hanya membutuhkan lima sen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Begini Cara Cek Nilai Tanah di Suatu Daerah Secara Online

Berita
Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Mau Bikin AJB Tanah atau Rumah? Berikut Syarat dan Cara Mengurusnya

Berita
Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Hingga Oktober, Pemerintah Gelontorkan Rp 282,9 Triliun buat Infrastruktur

Berita
119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

119,7 Juta Bidang Tanah Telah Terdaftar melalui PTSL

Berita
Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Jalan Tol Tanjung Pura-Pangkalan Brandan Akan Difungsikan saat Nataru

Berita
Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Persiapan PP Jelang Nataru, Mulai Jalan Tol hingga Mal

Berita
'Face Recognition' Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

"Face Recognition" Digunakan 5,8 Juta Kali, Terbanyak di Stasiun Gambir

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung Timur: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Dibanderol Rp 1,5 Miliar, Rumah di Sawangan Ini Tak Butuh Renovasi Lagi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Belitung: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Clement Francis Terpilih Jadi Ketua Umum AREBI 2024-2027

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau