Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Foto Coffee Shop Seolah-olah "Mangkrak", Apa Tujuannya?

Kompas.com - 22/05/2021, 19:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Akhir-akhir ini, bermunculan coffee shop (kedai kopi) yang mengusung konsep seolah-olah "mangkrak" pada desain arsitektur bangunannya.

Hal ini sebagaimana foto yang diunggah di media sosial Twitter oleh akun @dikyrenaldi15 menjadi viral.

Dalam foto tersebut, terlihat kedai kopi dengan dinding dari beton tanpa dilapisi oleh apa pun.

Dia pun berkelakar, ketika mendatangi kedai kopi dengan desain arsitektur seperti itu untuk tidak lupa menggunakan helm proyek.

Cuitan ini mengundang banyak reaksi dari warganet. Ada yang merespons negatif dan positif atas pemilihan desain arsitektur tersebut, namun tak sedikit juga yang melontarkan guyonan.

"konsep unfinished gini kalo lagi ngopi suka kemasukan kerikil apa ancuran semen2 gt gaksi," cuit akun @bobaluvrz

"ini mah beneran proyek mangkrak, apaan ngga dirapiin gitu. Mau bikin unfinished design keknya ga begini deh," lontar akun @ven_detta1707

Lain halnya dengan akun @riskadlst yang memuji desain arsitektur kedai kopi dengan konsep tersebut.

"Tapi bagus unfinish building gini, berasa lebih aesthetic gitu buat foto," cuit @riskadlst

Hingga berita ini diturunkan, unggahan tersebut telah dicuit ulang oleh 25.600 warganet dan disukai oleh 71.900 orang.

Sejatinya, arsitektur bangunan terkesan "mangkrak" itu merupakan desain rustic yang biasa dikenal di dunia barat atau wabi-sabi yang fenomenal di Jepang.

Baca juga: 4 Ide Bawa Suasana Kedai Kopi ke Rumah

Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Her Pramtama mengatakan, konsep desain ini merupakan sikap dalam memutuskan tema dari suatu kedai kopi yang akan dikembangkan.

Hal ini berbeda dengan istilah "mangkrak" karena lebih terkesan sebagai bangunan yang belum selesai atau terbengkalai dan dibiarkan tidak terurus.

"Konsep desain bergaya rustic ini unik ya karena menggunakan material mentah atau terlihat kasar, tidak rapi, dan terkesan apa adanya," tutur Her kepada Kompas.com, Sabtu (22/05/2021).

Sejatinya, ada dua desain arsitektur yang diusung dalam konsep rustic yakni bersifat melekat dan tidak.

Misalnya, dinding tanpa diplester atau diaci dan dicat dan plafon tanpa menggunakan gypsum agar terlihat rangka atapnya.

Sementara yang tidak melekat adalah furnitur yang bersifat daur ulang, contohnya wastafel terbuat dari ember.

Oleh karena itu, penggunaan desain rustic yang unik di kedai kopi ini dapat memberikan atmosfer berbeda.

Hal ini bertujuan agar pengunjung bisa nongkrong atau menyeruput kopi dan memesan makanan lebih lama.

Sebab, kedai kopi merupakan ruang ketiga bagi pengunjung. Sementara ruang pertama dan kedua adalah rumah dan sekolah atau kantor

Selain itu, desain rustic ini juga dapat menghemat biaya bagi para pengusaha kopi dengan semangat keterbatasan jika tampilannya sudah demikian.

Baca juga: Demi Transformasi, Starbucks Berencana Tutup 400 Kedai

Berbeda halnya dengan ruang kedai kopi sudah terlihat bersih namun didesain dengan konsep ini tentu akan mengeluarkan biaya yang cukup besar.

"Rustic itu bisa murah kalau memang apa adanya. Tapi, kalau misalnya ada di mal kan biasanya mau sewa sudah rapi terus kita mau bikin rustic ya belum tentu lebih murah," jelas Her.

Sama halnya dengan Her, Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) Francis Surjaseputra mengatakan, memang ada dua bentuk dari gaya desain rustic.

Pertama, bangunan tersebut sengaja didesain sedemikian rupa supaya terlihat rustic. Sementara yang kedua memang sudah dalam kondisi demikian.

"Misalnya, lokasi ini dulu merupakan sebuah pabrik, gudang atau rumah lama," terang Francis.

Menurut dia, ada keuntungan yang didapatkan dari bangunan yang sudah dalam kondisi rustic yaitu menjual sejarah arsitektur bangunan tersebut.

Hal berbeda justru dialami oleh tempat yang sengaja didesain dengan gaya rustic, maka dibutuhkan narasi pintar dalam menggaet pengunjung.

Meski begitu, ada kekurangan dengan desain ala rustic yaitu kebersihan tempat.

"Tapi, karena tempat, komunitas, termasuk produk yang bagus, maka (kebersihan) tidak begitu (menjadi) prioritas," tutup Francis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com