KOMPAS.com - Neom. Ini adalah megaproyek ambisius yang dicanangkan putera mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz sejak 2018 lalu.
Betapa tidak ambisius, lahan kota futuristik serba canggih yang masing-masing ekosistem kehidupan dioperasikan melalui Internet of Things (IoT) seluas 26.500 kilometer persegi.
Bayangkan, ukuran kota masa depan ini seluas salah satu negara kaya di Eropa, Belgia.
Dana yang dialokasikan untuk membangun megaproyek ini pun tak main-main, senilai 500 miliar dollar AS. Angka ini, jika dikonversikan ekuivalen dengan Rp 7.904 triliun!
Mengutip The Arab Weekly, CEO Neom Nadhmi al-Nasr mengatakan, Neom dibangun di wilayah Tabuk di barat laut Arab Saudi dekat Laut Merah.
Al-Nasr mengharapkan, Neom menjadi penghubung antara Lembah Silikon, Dubai dan Seychelles, Afrika Timur.
Baca juga: Perang Sengit Pencakar Langit, UAE Ungguli Arab Saudi
Mega proyek ini dirancang untuk dapat menampung 1 juta orang yang mencakup ekspatriat dan eksekutif dari seluruh dunia yang bekerja sekaligus hidup di kota Neom.
Layanan profesional yang dijanjikan berstandar internasional dan diklaim kelas wahid di seluruh sektor.
Mulai dari hunian mewah, komersial eksklusif, pendidikan premium, pusat penelitian, tempat olahraga, maupun hiburan.
Mereka mempersiapkannya dengan membentuk rencana reformasi ekonomi dan sosial yang diperkenalkan sejak April 2016 silam.
Proyek kota Neom juga bertujuan untuk meningkatkan sektor pariwisata dan menggenjot pertumbuhan ekonomi negara yang dikepalai oleh Raja Salman bin Abdul-Azis al-Saud tersebut.
The Wall Street Journal melaporkan, Mohammed bin Salman sekaligus menjadi Ketua Dana Investasi Publik Arab Saudi ini telah mengunjungi lokasi yang akan dibangun Neom.
Baca juga: Genjot Pembangunan Rumah, Arab Saudi Belanja Printer 3D
Mohammed mengatakan, dirinya melihat potensi lokasi futuristik untuk menarik "bakat-bakat terbaik dunia dengan gaji spektakuler dan terbesar di dunia".
Dia pun berani mengklaim, Neom sebagai tempat paling layak huni di muka bumi.
Layaknya karya fiksi ilmiah, Neom juga nantinya berkembang sebagai kota yang dioperasikan oleh robot dinosaurus sebagai alat pembantu rumah tangga intelijen buatan.
Neom juga berfokus pada sembilan sektor investasi khusus dan kondisi kehidupan yang akan mendorong masa depan peradaban manusia.
Ke-9 sektor itu adalah energi dan air, mobilitas, biotek, makanan, teknologi dan ilmu digital, manufaktur maju, media dan hiburan dengan kemampuan hidup sebagai pondasinya.
Namun demikian, berbagai kalangan berpendapat, anggaran Rp 7.904 triliun yang akan ditanggung oleh Dana Investasi Publik Arab Saudi dianggap tidak akan cukup untuk menyelesaikan proyek seluas 26.500 kilometer persegi ini.
Maka dari itu, pejabat di negara tersebut mencari sisa pendanaan melalui investasi asing.
Tak dapat dimungkiri, pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya dari yang direncanakan semula.
Ambisi Pangeran Mohammed bin Salman yang ngebet ingin Arab Saudi dapat bersaing dengan Uni Emirat Arab (UEA) yang telah sukses membangun kota internasional Dubai dengan ikon bekennya Burj Khalifa, harus tertunda.
Bahkan, mengutip The New York Times, Pangeran Mohammed bin Salman beserta 150 anggota kerajaan lainnya mengisolasi diri di kawasan pantai yang sama saat ia mengumumkan megaproyek ini.
Sebut saja kemitraan jangka panjang dengan Mercedes-Benz EQ Formula E Limited, di mana Neom menjadi mitra utama resmi tim Mercedes-Benz EQ Formula E.
Neom menawari putra putri terbaik Arab Saudi untuk pengembangan teknik dan perangkat lunak selama 12 bulan di markas besar Mercedes EQ Formula E Motorsport di Inggris dan Jerman.
Kemitraan ini memberikan peluang besar bagi terjadinya transfer pengetahuan dan memberikan lebih banyak pelatihan dan pendidikan, serta pengembangan bakat para pembalap muda.
Kemudian Neom juga telah menandatangani perjanjian dengan Otoritas Nasional untuk Keamanan Cyber Kerajaan Arab Saudi, dengan tujuan memenuhi kebutuhan IoT mereka.
Perjanjian tersebut ditandatangani di sela-sela Forum Internasional tentang Keamanan Cyber, yang diadakan di Riyadh selama dua pada 5 Februari 2020 dan dihadiri oleh para ahli di bidang yang mewakili institusi regional dan internasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.