JAKARTA, KOMPAS.com - Sama halnya dengan area gedung perkantoran Central Business District (CBD) Jakarta, gedung di area non-CBD juga mengalami peningkatan ruang kosong.
Bahkan, peningkatan ruang kosong ini lebih tinggi dibanding perkantoran di area CBD Jakarta yang mencatat 24,4 persen.
Tahun 2019, tingkat kekosongan hunian gedung perkantoran non-CBD mencapai 25 persen atau 75 hektar dari total 3 juta meter persegi.
Angka ini naik sekitar satu persen dibanding tahun 2018 yang mencapai 24 persen.
"Lonjakan tingkat kekosongan kantor di daerah non-CBD disumbang dari daerah Jakarta Timur sebesar 35 persen," terang Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus dalam Media Briefing, Jakarta, Rabu (20/1/2020).
Baca juga: Pasokan Meluber, Harga Sewa Kantor Non-CBD Jakarta Tertekan
Hal yang sama juga terjadi pada area perkantoran Jakarta Pusat sebesar 30 persen dan disusul daerah Jakarta Selatan sekitaran angka 20 persen.
Di samping mengalami tingkat kekosongan, area perkantoran non-CBD justru didominasi perkantoran grade B sebesar 60 persen, sedangkan grade A hanya mencapai 12 persen.
Meski tingkat kekosongan terus tumbuh, sewa gedung perkantoran di area non-CBD dinilai relatif stabil. Harga sewa rata-rata sebesar Rp 127.000 per meter persegi per bulan.
Anton memprediksi, tahun 2021 mendatang terjadi penyesuaian harga sewa perkantoran karena akan terjadi peningkatan permintaan dari tenants (penyewa).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.