Adapun pendapatan tiket (farebox) hanya sebesar Rp 180 miliar dari hampir 20 juta penumpang yang dihitung sejak 24 Maret hingga 26 November 2019 atau 93.165 rata-rata penumpang per hari
Dengan revenue total sebanyak itu, laba yang mampu dicetak senilai Rp 60 miliar hingga Rp 70 miliar.
"Namun seluruh angka ini belum diaudit. Secara resmi audit dilakukan pada Maret 2020 mendatang," sebut William.
Melihat tren penumpang yang terus meningkat hingga mendekati angka baseline 100.000 penumpang per hari, serta tingginya minat swasta untuk berpartisipasi, MRT Jakarta menargetkan peningkatan laba operasional sebesar Rp 200 miliar hingga Rp 250 miliar dari sekitar Rp 1,4 triliun pendapatan pada 2020.
Laba ini diproyeksikan bakal terus melonjak hingga berada di kisaran Rp 300 miliar-Rp 350 miliar pada 2022 dengan asumsi jumlah pengeluaran sama dengan tahun perdana operasi, supaya bisa memperhitungkan, berapa jumlah subsidi yang bisa dikurangi atau diterima, brapa subsidi yang diterima.
"Subsidi sebaiknya tidak dihilangkan. Cukup dikurangi, karena willingness to pay pengguna MRT telah teredukasi dengan baik, mereka mau membayar tarif yang ditetapkan," cetus William.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.