Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rahasia Sukses Intime Mall Integrasikan Belanja "Offline" dan "Online"

Kompas.com - 10/11/2019, 22:41 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

HANGZHOU, KOMPAS.com - Suasana pusat belanja Intime Mall di 546 Yan'an Road, Xiacheng District, Hangzhou, Zhejiang Province, China, Minggu (10/11/2019), tak ubahnya pusat belanja di Jakarta jelang Lebaran. 

Betapa tidak, sejak pusat belanja ini diakuisisi Alibaba Group pada 2017 dan bertransformasi menjadi New Retail dengan mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline, keramaian tak terhindarkan.

Tak hanya keramaian, kesuksesan Intime juga diwujudkan dengan catatan pertumbuhan bisnis (business growth) dan keuntungan penjualan (sales profit) sebesar dua digit.

"Business grows double digit. Profit grows even better. Kami memoles teknologi, dan mungkin di masa depan kami dapat bekerja sama dengan department store lain," ungkap Vice President of Alibaba Group yang juga CEO Intime Chen Xiadong, saat sesi tanya jawab dengan media, di Intime Mall, Minggu (10/11/2019).

Baca juga: Konsumsi di China Melonjak, Alibaba Tawarkan Kemitraan Strategis

Intime Mall atau Retail bukan hanya jaringan department store, tetapi lebih dari itu adalah perusahaan Internet yang telah mengubah semua aspek.

Menurut Xiaodong, semua bisnis Intime tersimpan di komputasi awan (cloud), sehingga dapat memproses lebih dari 1 juta pesanan setiap hari.

Untuk penyelenggaraan Global Shopping Festival 11.11, Xiadong memperkirakan Intime akan melampaui angka1 juta pemesanan. Tentu saja, volume sebesar itu tidak akan mampu ditangani toko konvensional.

Vice President of Alibaba Group yang juga CEO Intime Chen XiadongVPhoto Vice President of Alibaba Group yang juga CEO Intime Chen Xiadong
Xiadong mengungkapkan kunci sukses Intime dalam dua langkah besar. Pertama, meski Intime tidak memiliki server apa pun, namun semua bisnis berada di cloud yang disediakan oleh Alibaba Group.

Kedua, untuk mewujudkan bisnis ritel secara online, Intime hanya perlu melakukan digitalisasi produk, pelanggan, dan karyawan.

"Hanya dengan mendigitalisasi bisnis, Anda memiliki peluang untuk mengubah seluruhnya melalui teknologi," ujar Xiaodong.

Baca juga: Jelang Global Shopping Festival, Terjadi Lonjakan Transaksi 113 Persen

Selain itu, Intime juga melakukan pendekatan khusus kepada manajemen mal dan toko-toko fisik. Pendekatan menyangkut manajemen transaksi, pengadaan dan manajemen penjualan, wawasan lalu lintas pelanggan, asistensi manajemen penjualan, dan peralatan digital.

Tantangan bisnis ritel

Menurut Xiaodong, basis bisnis New Retail adalah memberdayakan department store dengan tenaga penggerak dua roda yakni toko fisik dan layanan berbasis lokasi.

Intime sendiri memiliki 65 toko yang memungkinkan pelanggan untuk memilih pengalaman berbelanja yang mereka inginkan.

Mereka dapat memilih dan menelusuri produk secara online kemudian datang ke toko untuk pengalaman berbelanja atau mereka melakukan pemesanan online dan mengumpulkan pesanan di toko.

"Dengan mengintegrasikan toko fisik dan layanan berbasis lokasi, bisnis ritel kami tumbuh signifikan. Tak hanya lalu lintas orang yang ramai, juga transaksi," kata Xiaodong.

Pada masa mendatang, Xiaodong memproyeksikan enam tantangan besar bisnis ritel. Pertama, integrasi bisnis online dan offline. 

Baca juga: Global Shopping Festival 2019, Lebih Ramah Lingkungan

Konsumen muda yang lahir setelah 1995 tidak akan mengetahui apa itu "masuk ke Internet", karena ketika mereka dilahirkan, mereka sudah di fase "ada di Internet".

Dengan demikian, toko fisik akan memiliki nilai lebih dari sekadar menyediakan ruang seperti restoran atau bioskop, karena layanan berbasis lokasi.

Sekarang, lebih dari 40 persen konsumen menjelajahi konten daring sebelum mengunjungi toko fisik.

Operasionalisasi penjemputan barang pesanan konsumen oleh robot di Intime Mall, Hangzhou, Zhejiang, China.VPhoto Operasionalisasi penjemputan barang pesanan konsumen oleh robot di Intime Mall, Hangzhou, Zhejiang, China.
"Meski demikian, lebih dari 60 persen konsumen Intime masih memilih untuk melakukan penjemputan di toko daripada mengirim ke rumah mereka, sehingga mereka masih dapat mengunjungi toko fisik kami," ungkap Xiaodong.

Tren kedua perubahan dari product-centric ke consumers-centric. Berbagai kategori konsumen akan ditentukan dan menerima layanan yang disesuaikan.

Tren ketiga, mencocokkan produk yang tepat dengan pelanggan yang tepat. Peritel dan penjual perlu memberikan informasi dan mengutamakan pelanggan terlebih dahulu, kemudian produk.

Keempat adalah Internet of Things (IoT) yang akan merambah ke sleuruh toko fisik. Tren kelima adalah teknologi komunikasi berkecepatan tinggi yang akan membantu mendukung proses bisnis.

"Tren kelima ini membuat pembelian menjadi lebih mudah," imbuh Xiaodong.

Keenam gudang baru dengan produk yang disesuaikan kebutuhan konsumen dan tidak lagi menyetok persediaan.

Xiaodong mencontohkan, dalam industri pakaian, persediaan mungkin hanya 20 persen. Jadi gudang baru dapat membantu mengatasi tantangan inventarisasi barang.

Jika model bisnis ritel fisik tradisional bergantung pada peningkatan ekspansi dengan membuka lebih banyak toko di banyak lokasi untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, pendekatan New Retail milik Alibaba memungkinkan Intime untuk fokus pada pertumbuhan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi dengan pendekatan digital-first.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com