YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mau tak mau, suka atau tidak suka, tahun depan PT Bank Tabungan Negara Tbk sudah harus menyerahkan hasil kajian dan rencana spin off unit usaha syariah (UUS) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Eksekusi atau pelaksanaan spin off tersebut selambat-lambatnya pada 2023.
"Jadi, memang mau tak mau, suka atau tak suka, tahun depan kajian untuk rencana itu sudah harus diserahkan ke OJK. Soal pelaksanaanya selambat-lambatnya tahun 2023," ujar Direktur Keuangan BTN Nixon Napitupulu pada diskusi "Menyambut Spin Off USS Bank BTN; Dampaknya pada Bisnis dan Industri Rumah Rakyat" di Yogyakarta, Jumat (4/10/2019).
Nixon mengakui, upaya untuk mewujudkan rencana tersebut bukan pekerjaan mudah. Ada 3 desain yang sedang dikaji, yakni mendirikan sendiri dengan modal sangat besar, join dengan yang lain, atau dilepas atau dijual. Dengan kata lain, harus diputuskan untuk memilih modal 100 persen, 61 persen atau dengan 39 persen.
Menurut Nixon, BTN setidaknya membutuhkan dana Rp 5 triliun untuk menjaga kecukupan modal BUS perseroan kelak.
"Kalau mau jalan sendiri memang butuh capex sangat besar. Hitungan kasarnya, setidaknya butuh suntikan modal Rp 4,5 triliun sampai Rp 5 triliun. Ini untuk menjaga ekspansi BUS paling tidak sampai lima tahun ke depan setelah spin off terlaksana," ucap Nixon.
Sebelumnya, dalam sambutan diskusi tersebut, Direktur Bisnis Konsumer BTN Budi Satria, mengatakan bahwa kinerja UUS BTN saat ini sudah cukup baik. Nantinya, ekspansi UUS BTN akan lebih luas dan kencang setelah spin off .
Hingga semester 1-2019 lalu UUS BTN mencatat pertumbuhan aset sebesar 19,67 persen menjadi Rp 29,17 triliun. Kemudian penyaluran pembiayaan tumbuh 16,54% menjadi Rp 23,16 triliun, serta penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 18,15% menjadi Rp 23,02 triliun.
"Spin off ini merupakan rencana strategis untuk meningkatkan kinerja BTN pada 2020. Pertimbangannya, BTN syariah punya kinerja yang baik. Tapi, karena masih unit usaha, hasilnya belum maksimal sehingga perlu jadi perkembangan bisnis yang lebih luas dan profesional," ucap Budi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.