Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ide Liar Arsitek, Jadikan Rig Bekas Pengolah Limbah Plastik

Kompas.com - 17/08/2019, 23:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Dezeen.com

KOMPAS.com - Menara rig bekas tak berawak, diusulkan menjadi pabrik pengolah limbah plastik untuk diubah menjadi energi listrik yang dapat disalurkan kepada masyarakat. Usulan ini sekaligus mengatasi persoalan plastik di laut.

Proposal yang disebut sebagai Filtration Skyscraper ini disebarkan arsitek sekaligus visualisator, Honglin Li.

Mesin canggih yang dipasang di menara konseptual tersebut akan menghasilkan listrik dan biofuel dari plastik dan polutan lainnya yang diekstraksi dari air laut.

"Ini untuk wilayah Pesisir Pasifik Utara, yang merupakan petak sampah terbesar dan paling tebal di laut," kata Li seperti dilansir dari Dezeen.

"Meski begitu, desain konsep ini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan lingkungan dan energi di seluruh dunia," imbuh dia.

Baca juga: Tak Kalah Unik, TPS Ini Bertema “Superhero” dan Anti-kantong Plastik

The Great Pacific Garbage Patch diperkirakan berisi 1,8 triliun keping plastik, meskipun sebagian besar telah dipecah menjadi kepingan berukuran confetti yang tersebar tipis di area seluas Texas.

Hanya tiga persen plastik dipilin yang dianggap mengambang di permukaan.

Render proyek Filtration SkyscraoerDezeen Render proyek Filtration Skyscraoer

Konsep ini dikembangkan untuk kompetisi pencakar langit eVolo 2019, kompetisi tahunan yang mengakui proyek seputar arsitektur vertikal dan berhubungan dengan lingkungan alami dan buatan. Desainnya pun dianugerahi penghargaan terhormat.

Meski fantastis, proposal ini perlu menyatukan berbagai proses daur ulang dan penghasil energi di dunia nyata.

"Saya melakukan penelitian tentang fasilitas pemulihan material (MRF) yang ada dan instalasi pengolahan air (WTP) dan menggabungkannya secara vertikal dalam megastruktur modular prefabrikasi," terang Li.

Limbah yang telah diolah kemudian dibakar untuk menghasilkan energi berupa listrik maupun bahan bakar akan digunakan untuk menjalankan fasilitas serta disalurkan kepada masyarakat.

"Sistem yang saya usulkan akan serupa dengan Amager Bakke di Copenhagen oleh BIG atau Pabrik Waste-to-Energy Shenzhen Timur di Cina oleh SHL yang menghasilkan C02 yang tidak berbahaya sebagai limbah akhir dan memiliki dampak lingkungan yang paling sedikit," tutur Li.

Air laut yang tercemar dipompa ke atas struktur dan disaring saat turun, dengan plastik dan kontaminan lainnya dihilangkan, disortir dan dibakar atau dikomposkan di komposter onboard.

Baca juga: Tasmania Manfaatkan Sampah Plastik untuk Bangun Jalan

Podium yang ditinggikan menyediakan tempat berlindung bagi kapal untuk berlabuh agar dapat mengambil bahan limbah.

"Akhirnya, bahan non-daur ulang dan bahan daur ulang akan diangkut pergi oleh kekuatan pasang surut," tambah Li.

Usulan Li adalah pendekatan terbaru dan paling futuristik untuk mengatasi pencemaran laut. Startup Belanda The Ocean Cleanup telah mengumpulkan jutaan dolar untuk mengembangkan rig mengambang besar yang akan mengapung secara mandiri di sekitar pilin Pasifik Utara, meraup plastik saat mereka pergi.

Namun proyek ini telah berjuang dengan kesulitan teknis dan keraguan tentang kemungkinan keberhasilannya.

Sementara itu Parley for the Oceans telah mengubah limbah plastik laut menjadi bahan yang diinginkan dengan memasarkan barang-barang mewah yang terbuat dari bahan dengan istilah Ocean Plastic.

Namun pendiri Parley, Cyrill Gutsch baru-baru ini mengatakan bahwa membersihkan samudera plastik adalah hal yang mustahil. Sebaliknya, ia mengatakan alternatif non-polusi untuk plastik perlu dikembangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Dezeen.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com