Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Belanja "Online", Peritel Beken Tutup Lapak karena Alasan Ini...

Kompas.com - 03/07/2019, 21:45 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama setengah tahun terakhir, para peritel beken ramai-ramai menutup lapaknya.

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) misalnya. Baru-baru ini perusahaan mengumumkan penutupan atas enam gerai merek Giant pada 28 Juli 2019 mendatang.

Keenam gerai tersebut yakni Giant Express Pondok Timur, Giant Express Cinere Mall, Giant Express Mampang, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Extra Wisma Asri.

Bukan sekali ini saja Hero menutup gerai Giant. Tahun lalu, beberapa gerai Giant juga ditutup dan berlanjut pada awal tahun 2019.

HERO sendiri memiliki beberapa merek gerai yakni Hero, Giant, Guardian dan IKEA. Sampai 31 Mei 2019, HERO memiliki 125 gerai Giant.

Artinya pada 28 Juli 2019 jika tidak ada penambahan gerai lainnya, total gerai Giant bakal berkurang menjadi 119 gerai.

Selain itu, PT Central Retail Indonesia mengonfirmasi akan menutup satu gerai Central Departement Store di NeoSoho pada awal tahun ini.

Dengan penutupan ini, peritel fesyen asal Negeri Gajah Putih tersebut hanya mengoperasikan satu gerai Central Departement Store di Grand Indonesia.

Baca juga: Ini Penyebab Runtuhnya Kejayaan ITC (I)

Demikian halnya, peritel elektronik, Courts Asia pun juga turut tergerus badai industri ritel.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, lesunya bisnis bukan hanya karena keberadaan bisnis daring (online).

Stefanus berpendapat, pelanggan saat ini lebih mementingkan kepraktisan. Dia memberi contoh, salah satu jaringan toko ritel yang masih bertahan memberikan kenyamanan dengan harga yang lebih murah.

Sementara dalam segi penyusunan barang, mereka lebih mementingkan kenyamanan pelanggan.

Jaringan toko ritel memberikan beragam pilihan dalam satu tempat. Sementara dalam beberapa kasus penutupan gerai yang sering terjadi, mereka tidak memberikan banyak pilihan dalam satu tempat.

"Jadi sekarang kalau kita lihat, banyak sekali toko-toko yang tidak terlalu besar, tapi ramai," sambung Stefanus.

Pria yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk ini berpendapat, peritel juga bisa menerapkan omnichannel sehingga pelanggan dapat menggunakan lebih dari satu channel penjualan seperti toko fisik, e-commerce, serta jual-beli via mobile.

Selain itu, faktor keunikan juga perlu diperhitungkan. Tak hanya unik dalam hal tempat, namun juga produk yang ditawarkan. 

"Semua sekarang harus beralih ke unik kalau nggak enggak bisa bertahan," ucap Stefanus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com