JAKARTA, KOMPAS.com - Para pemudik yang hendak beristirahat, diimbau untuk tidak menggunakan bahu jalan sebagai tempat istirahat. Sekali pun kondisi tempat istirahat yang ada penuh akibat volume kendaraan yang cukup banyak.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengingatkan, penggunaan bahu jalan hanya diperuntukkan bagi kondisi darurat.
"Seperti ban pecah, bahan bakar (habis) itu bisa di bahu jalan," kata Basuki di kantornya, Jumat (31/5/2019).
Ia pun meminta pengguna jalan dapat memperhatikan waktu sebelum melakukan perjalanan panjang. Hal ini guna mengantisipasi kepadatan arus kendaraan yang akan berhenti di tempat istirahat.
Baca juga: Merapah Trans-Jawa 4, Panduan Lengkap Mudik 2019
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit menilai, mayoritas kendaraan yang berhenti di bahu jalan adalah yang mengalami permasalahan mesin.
Hal itu terlihat dari pantuan yang dilakukan BPJT dua hari terakhir yang melihat adanya sejumlah pengemudi yang sengaja membuka kap mesin mereka.
Danang pun mengingatkan, para pengguna jalan untuk memperhatikan kondisi kendaraan masing-masing sebelum melakukan perjalanan.
"Mobil CC kecil kalau banyak dipacu pasti over heat. Jadi pengguna jalan kita minta persiapan baik, mesin baik, BBM, saldo (e-toll) penuh dan BUJT kita minta mobil derek standby. Kalau ada yang berhenti harus segera dikeluarkan," tutur Danang.
Ia menambahkan, saat ini keberadaan tempat istirahat di jalan tol jumlahnya sudah cukup memadai.
Sebagai contoh, rest area tipe C memiliki jarak per 20 kilometer. Sedangkan rest area tipe B tiap 30 kilometer dan tipe A tiap 50 kilometer.
"Jadi, enggak ada alasan bagi mereka tidak istirahat di rest area," tuntasnya.