JAKARTA, KOMPAS.com – Seiring dengan perkembangan zaman, pusat perbelanjaan semakin menyusut, seiring tutupnya toko-toko ritel terkemuka di dunia.
Penyebab menyusutnya pamor pusat belanja, salah satunya dipengaruhi oleh merebaknya bisnis perdagangan daring (e-commerce).
Pasaraya, merupakan pusat belanja yang terkena dampak penurunan ritel offline, dan merebaknya perdagangan daring.
Pengelola pusat belanja ini tak dapat mengelak fenomena makin menciutnya para peritel yang berminat menyewa ruang.
Mereka pun bersiasat dengan mengubah konsep usahanya sesuai dengan keinginan pasar pada saat ini. Hal itu dibuktikan melalui penyewaan ruang di Pasaraya Blok M, Jakarta Selatan.
Presiden Direktur PT Pasaraya Tosersajaya Medina L Harjani mengakui, industri ritel sekarang sudah berbeda sehingga Pasaraya harus mengubah konsep bisnisnya.
Baca juga: Dubes Jepang Tidak Sabar Naik MRT Jakarta untuk Makan Siang di Blok M
“Pasaraya sudah 45 tahun, sudah mengalami asam garam. Sebagai pebisnis, kami harus fleksibel, dinamika bisnis seperti apa. Kita enggak bisa ngotot. Sekarang ada e-commerce, fast fashion bisnis, dan lain-lain,” ujar Medina saat berbincang dengan Kompas.com di kantornya, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Pasaraya yang sejak dahulu dikenal sebagai salah satu pelaku industri ritel harus mengubah haluan bisnis dalam hal proporsi ruang yang potensial disewakan.
Khusus di Pasaraya Blok M, sebanyak 70 persen ruang digunakan untuk perkantoran dan sisanya 30 persen untuk bisnis ritel serta makanan dan minuman.
Ruang perkantoran dialokasikan bagi perusahaan yang bergerak di bidang teknologi digital, semacam transportasi online dan e-commerce.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.