JAKARTA, KOMPAS.com - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mencatat peningkatan kinerja sepanjang 2018.
Khusus untuk pembiayaan perumahan, SMF telah membiayai 765.000 debitur KPR yang terbagi atas 86,05 persen wilayah barat, 13,52 persen wilayah tengah dan sisanya sebesar 0,43 persen wilayah timur.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menuturkan, dalam memperkuat perannya sebagai special mission vehicle (SMV) serta fiscal tools Pemerintah, SMF juga aktif melakukan inisiasi beberapa produk dan program.
Di antaranya pembiayaan perumahan korban terdampak bencana melalui program KPR SMF Paska Bencana, penurunan beban fiskal, program pembiayaan homestay di 4 destinasi wisata, dan program pembangunan rumah di daerah kumuh di 32 kota.
"Pada inisiasi pertama yaitu program penurunan beban fiskal direalisasikan melalui pemberian dukungan kepada Pemerintah dalam program KPR FLPP," ujar Ananta dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (10/4/2019).
Baca juga: Obligasi PUB IV SMF Kelebihan Permintaan Rp 3 Triliun
SMF berperan membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR FLPP, sehingga Pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan FLPP dari semula yang sebesar 90 persen.
Sejak Agustus 2018 hingga saat ini, SMF telah menyalurkan dana KPR FLPP, kepada 28.932 debitur dengan total penyaluran dana sebesar Rp 948 miliar.
Dana KPR FLPP ini disalurkan melalui 10 bank yang merupakan bagian dari realisasi Program FLPP 2018 sebesar Rp 5,896 triliun.
Dengan adanya dukungan SMF, jumlah rumah yang akan dibiayai meningkat dari semula 23.763 unit pada 2017 menjadi 57.949 pada 2018.
Ananta mengatakan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun/memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja.
Dua destinasi wisata yakni Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah dan Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, dibidik untuk menjadi pilot project dalam implementasi program ini.
Baca juga: Dukung Program Bali Baru, SMF Anggarkan Rp 8 Miliar Danai Homestay
"Program tersebut akan selesai bulan Juli tahun ini," kata Ananta.
Program ketiga, pembangunan rumah di daerah kumuh. SMF bersinergi dengan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR melalui program kota tanpa kumuh (Kotaku) untuk turut serta mengatasi daerah kumuh melalui renovasi/pembangunan rumah.
Pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut nantinya akan bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)/Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Program keempat yaitu, program KPR SMF Paska Bencana. Untuk tahap awal, program ini diperuntukkan bagi 3000 Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terkena dampak bencana alam di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca juga: SMF Teken Perjanjian Akad KPR Pasca-bencana
SMF bekerja sama dengan Bank NTB Syariah sebagai lembaga penyalur pembiayaan KPR pasca bencana.
Selain itu tahun 2018, SMF telah berhasil menghadirkan produk Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP) Ritel pertama di Indonesia melalui mekanisme perdagangan di pasar sekunder.
Peluncuran EBA SP Ritel ini merupakan upaya SMF dalam memperluas dan mengembangkan investor base EBA-SP,
Para investor potensial seperti generasi milenial dan masyarakat lainnya dapat berinvestasi melalui instrumen ini.
"EBA-SP Ritel akan menjadi alternatif baru bagi masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal. Sebelumnya EBA-SP banyak dimiliki oleh investor institusi seperti Dana Pensiun (Dapen), Asuransi, dan lainnya," imbuh Ananta.
Secara keseluruhan, SMF berhasil membukukan peningkatan kinerja terutama dalam mengalirkan dana dari pasar modal ke penyalur KPR di sektor pembiayaan perumahan.
Secara kumulatif total akumulasi dana yang telah dialirkan SMF ke sektor pembiayaan perumahan sejak 2005 hingga Desember 2018 mencapai Rp 47,52 triliun.
Pencapaian tersebut berdasarkan data laporan keuangan teraudit periode 31 Desember 2018, dengan total aliran dana yang disalurkan dalam bentuk kegiatan sekuritisasi Rp 2 triliun dan penyaluran pinjaman Rp 9,88 triliun.
Peningkatan juga dialami segmen aset menjadi Rp 19,49 triliun, atau naik 24,5 persen dari tahun sebelumnya senilai Rp 15,66 triliun.
Sementara laba bersih mencapai Rp 437 miliar, lebih tinggi 10,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 397 miliar.
Pertumbuhan penyaluran pinjaman juga diiringi dengan penerbitan surat utang korporasi sebagai sumber pendanaan.
Selama 2018, SMF telah menerbitkan surat utang Rp 5,551 triliun melalui penerbitan obligasi PUB IV Tahap III Rp 2.000 miliar, PUB IV Tahap IV Rp 1.163 miliar, PUB IV Tahap V Rp 1.500 miliar dan PUB IV Tahap VI Rp 888 miliar.
Terkait transaksi sekuritisasi, sejak 2009 hingga 31 Desember 2018, SMF telah berhasil memfasilitasi 12 kali transaksi sekuritisasi, dengan total nilai akumulatif Rp 10,15 triliun.
Sedangkan, untuk kerja sama pembiayaan, SMF telah bekerja sama dengan Bank Umum, Bank Syariah, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Perusahaan Pembiayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.