MUARA ENIM, KOMPAS.com - Pencanangan pembangunan dua jalan tol yang merupakan sirip atau koridor pendukung Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) diresmikan di Muara Enim, Selasa (9/4/2019).
Kedua jalan tol yang dimaksud yaitu Tol Simpang Indralaya-Muara Enim dan Tol Muara Enim-Lubuk Linggau yang menghubungkan Palembang dan Bengkulu dengan total panjang 329,3 kilometer.
Pencanangan ini merupakan rangkaian dari pembangunan jalan tol yang diawali penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) oleh Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, dan Badan Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Bintang Perbowo, disaksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Penunjukkan Hutama Karya sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015.
Dalam perpres tersebut pemerintah memberikan penugasan kepada HK untuk menggarap 24 ruas tol dari Jalan Tol Trans-Sumatera dengan total panjang 2.952 kilometer.
Termasuk Jalan Tol Simpang Indralaya-Muara Enim atau koridor Palembang-Bengkulu, dan Jalan Tol Muara Enim-Lubuk Linggau yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).
Kepala BPJT Danang Parikesit menuturkan pengadaan tanah dua jalan tol ini akan dimulai April selepas penentuan lokasi (penlok) yang saat ini masih dalam pembahasan.
"Untuk membangun dua jalan tol ini dibutuhkan investasi sekitar Rp 47,89 triliun," ujar Danang menjawab Kompas.com, usai prosesi pencanangan.
Dari total nilai investasi tersebut, sekitar 20 persen di antaranya dialokasikan untuk pembebasan lahan yang akan dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN).
Pada kesempatan yang sama, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Tol Simpang Indralaya-Muara Enim-Lubuk Linggau yang termasuk dalam koridor Palembang-Bengkulu disegerakan karena merupakan siripnya Jalan Tol Trans-Sumatera.
Jika koridor ini tersambung, maka manfaatnya akan semakin signifikan bagi masyarakat karena ruas tol lainnya yang juga sepanjang 350 kilometer yakni Bakauheni-Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung tersambung seluruhnya pada Juni 2019.
"Tol ini akan benar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal," kata Basuki.
Untuk itu, dia mengharapkan pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten dapat mendukung pelaksanaan pembangunan jalan tol, terutama dalam hal pembebasan lahan.
Basuki mencontohkan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar yang dibangun cepat lantaran pembebasan lahannya nyaris tidak ada kendala.
"Cepat lambatnya pembangunan tol tergantung pembebasan lahan. Contoh Tol Bakauheni-Terbanggi Besar itu pembebasan lahannya ganti untung. Kalaupun ada riak karena lahannya berstatus HGU atau garapan petani," ungkap Basuki.
Meskipun merupakan bagian dari PSN, lanjut Basuki, Tol Simpang Indralaya-Muara Enim-Lubuk Linggau adalah bentuk dukungan pemerintah pusat kepada daerah.
"Hanya dengan kerja sama ini, PSN ini lekas selesai. Dan dapat bermanfaat untuk kesejahteraan rakyat, " kata Basuki.
Sementara itu Direktur Utama PT HK Bintang Perbowo menargetkan pengoperasian dua jalan tol ini pada 2023 mendatang, atau dua bulan setelah konstruksi fisik beres pada Desember 2022.
"Kami menggunakan teknologi pile slab untuk mempercepat pembangunan dua jalan tol ini. Karena kondisi lahannya hampir mirip dengan Tol Palembang-Indralaya," ucap Bintang.
Merujuk data Kementerian PUPR, Tol Simpang Indralaya-Muara Enim dirancang sepanjang 119 kilometer.
Terdiri dari dua Seksi yakni Seksi I Muara Enim-Prabumulih sepanjang 54 kilometer dan Seksi II Prabumulih-Simpang Indralaya membentang 65 kilometer.
Jalan bebas hambatan ini dilengkapi dengan 3 simpang susun (SS), yakni SS Simpang Indralaya, SS Prabumulih dan SS Muara Enim.
Adapun total nilai investasi sebesar Rp 24,1 triliun dengan masa konsesi 40 tahun.
Sementara Tol Muara Enim-Lubuk Linggau panjangnya mencapai 114,5 kilometer. Terdiri dari tiga seksi, masing-masing Seksi I Muara Enim-Lahat/Marapi sepanjang 12 kilometer, Seksi II Lahat/Marapi-Musi Rawas (77,5 kilometer), dan Seksi III Musi Rawa-Lubuk Linggau (25 kilometer).
Tol Muara Enim-Lubuk Linggau juga dilengkapi dengan 3 buah simpang susun (SS), yakni SS Lahat/Marapi SS Musi Rawas SS Lubuk Linggau.
Total investasinya senilai Rp 23,79 triliun dengan masa konstruksi 40 tahun.
Sebelumnya telah ditandatangani PPJT Tol Lubuk Linggau-Curup-Bengkulu dengan investasi Rp 37 triliun yang membentang sepanjang 95,8 kilometer, Jumat (15/3/2019).
Tol ini terdiri atas tiga seksi, yaitu Lubuk Linggau-Kepahiang sepanjang 54,4 kilometer, Kepahiang-Taba Penanjung sepanjang 23,7 kilometer, dan Taba Penanjung-Bengkulu sepanjang 17,6 kilometer.
Jika diakumulasikan, koridor Palembang-Bengkulu sepanjang 351,3 kilometer, dengan jumlah simpang susun 8 buah membutuhkan investasi Rp 85,51 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.