Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Politik, Pohon Group Sukses Menjual Dua Proyek Sekaligus

Kompas.com - 24/02/2019, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Kendati 2018 dan 2019 disebut-sebut sebagai tahun politik yang penuh tantangan, namun Pohon Group sukses menuai penjualan maksimal dari dua proyek sekaligus.

Pengembang yang dirintis oleh veteran properti, Harry Budi Hartanto ini, mampu meraup 65 persen penjualan dari dua menara apartemen TreePark City dengan total 900 unit, serta hanya menyisakan 300 unit dari total 1.065 unit Tangerang City Superblock.

Rinciannya, Alpine by TreePark City terserap sebanyak 80 persen dari total 450 unit dan hanya menyisakan 20 persen unit tipe small office home office (SOHO), dan Montsera by TreePark City terjual 50 persen dari total 450 unit.

Kedua menara ini masuk dalam pengembangan TreePark City yang menempati area di Jl MH Thamrin, Cikokol, Tangerang. 

Sementara sisa 300 unit apartemen Skandinavia yang berada dalam pengembangan Tangerang City Superblock di Jl Jenderal Sudirman, Cikokol, Tangerang, akan dijadikan sebagai apartel atau apartemen dengan sistem pengelolaan profesional laiknya hotel.

Baca juga: Alter Ego, Idealisme tentang Tempat Tinggal dan Investasi

Apa rahasia Pohon Group sehingga mampu membukukan penjualan maksimal?

"Kami menyediakan yang dibutuhkan pasar. Bermain di ceruk gemuk tapi menawarkan diferensiasi, baik dari segi pengembalian investasi, maupun kelengkapan fasilitas," tutur Direktur Pohon Group Norman Eka Saputra menjawab Kompas.com, Sabtu (23/2/2019).

Komisaris Pohon Group Harry Budi Hartanto saat topping off TreePark City, Sabtu (23/2/2019).Dokumentasi Pohon Group Komisaris Pohon Group Harry Budi Hartanto saat topping off TreePark City, Sabtu (23/2/2019).
Selain itu, tambah Norman, komitmen dalam merealisasikan proyek adalah kunci utama agar dapat menghasilkan rekam jejak positif, sehingga mendapatkan kepercayaan pasar.

Jadi, walaupun kondisi pasar properti saat ini belum segemilang masa-masa keemasan pada tujuh atau delapan tahun lalu, Pohon Group tetap mampu menyelesaikan konstruksi fisik.

Hal ini tentu saja berdampak pada torehan penjualan positif. Buktinya, Menara Montsera by TreePark City yang dilepas usai Lebaran 2018 atau sekitar Juli, disambut antusias pasar. 

Menariknya, 50 persen pembeli merupakan end user, sementara separuhnya lagi adalah investor.

"Ini sekaligus sebagai sinyalemen bahwa memang ada kebutuhan real  terhadap apartemen di Tangerang," imbuh Norman.

Baca juga: Tangerang, Pemasok Apartemen Terbanyak

Dia melanjutkan, dari total pasokan 14.000 unit yang masuk pasar Tangerang pada 2018 lalu, 70 persen di antaranya terserap dengan harga kompetitif serentang Rp 600 juta hingga Rp 2 miliar.

Untuk tahun 2019 ini, Norman menargetkan dapat menjual 100 unit menara Montsera dengan estimasi nilai penjualan sebesar Rp 55 miliar.

Ada pun perkembangan fisik TreePark City per Sabtu (23/2/2019) sudah mencapai tahap tutup atap (topping off) untuk menara Montsera. Sedangkan menara Alpine sudah beroperasi sejak tahun lalu dengan tingkat hunian mencapai 80 persen.

Living room yang bisa dikonversi menjadi kamar tidur.Hilda B Alexander/Kompas.com Living room yang bisa dikonversi menjadi kamar tidur.
Pohon Group menjadwalkan konstruksi fisik rampung pada Juli 2020, untuk kemudian dapat diserahterimakan pada September tahun yang sama.

Sementara untuk pengembangan menara ketiga, Norman mengungkapkan, akan dimulai pada 2021 mendatang dengan kisaran harga penawaran perdana terendah Rp 700 juta hingga Rp 900 juta.

Penyelesaian proyek TreePark City keseluruhan yang mencakup lima menara apartemen, direncanakan pada tahun 2025 mendatang, dengan total investasi sekitar Rp 750 miliar.

 

Fika Rooms

Strategi bisnis lainnya yang diterapkan Pohon Group adalah melakukan konversi 300 unit dari total 1.065 apartemen Skandinavia di Tangerang City Superblock menjadi properti hospitalitas atau dikenal dengan sebutan apartel. 

Brand yang akan diperkenalkan kepada publik adalah Fika Rooms dengan peluncuran secara resmi pada September 2019 mendatang.

Study desk juga bisa dikonversi menjadi tempat makan.Hilda B Alexander/Kompas.com Study desk juga bisa dikonversi menjadi tempat makan.
"Ini adalah konsep apartemen yang dikelola secara profesional laiknya hotel. Baik layanan, kualitas fisik properti, fasilitas, dan amenitas lainnya dibuat dengan standar hotel," jelas General Manager Skandinavia Hene Putro.

Hene menuturkan, konsep apartel diusung karena permintaan kamar hotel untuk meeting, incentives, convention, and exhibition (MICE) di kawasan Tangerang menunjukkan tren yang terus meningkat setiap tahun.

Baca juga: Pohon Group Bidik Kota Kedua di Luar Jawa

Saat ini saja, city occupancy Tangerang sudah menyentuh angka 90 persen, dengan Novotel sebagai satu-satunya hotel bintang empat yang dioperasikan international chain Accors Hotel mencatat hunian 99,3 persen.

"Fakta ini memotivasi kami mengubah apartemen Skandinavia menjadi hotel setara bintang tiga dengan nama Fika Rooms. Ini penawaran sangat menarik bagi investor," ucap Hene.

Menurut dia, banyak investor yang tidak tahu bagaimana membelanjakan uangnya, karena instrumen investasinya terbatas.

Oleh karena itu, Pohon Group menawarkan konsep apartel berskema profit sharing dengan komposisi 75 persen untuk pemilik unit, dan 25 persen untuk pengelola.

Pembagian keuntungan tersebut setelah dipangkas biaya operasional sebesar 35 persen.

Pemilik unit apartel akan mendapat pengembalian investasi selama 8 tahun dengan keuntungan sekitar 7 persen hingga 8 persen per tahun.

"Angka ini lebih menarik dibandingkan instrumen deposito, yang meskipun sama-sama menawarkan keuntungan atau bunga 7-8 persen, namun deposito masih harus dipotoong PPh 21 persen," urai Hene.

Living room yang bisa dikonversi menjadi kamar tidur.Hilda B Alexander/Kompas.com Living room yang bisa dikonversi menjadi kamar tidur.
Hitung-hitungannya begini, mengacu pada tarif rata-rata sewa kamar hotel bintang tiga di Tangerang sekitar Rp 688.000 per malam, kemudian setelah dipotong pajak 21 persen akan  didapati angka Rp 560.000 per malam.

Tarif ini dikalikan 365 hari (okupansi 100 persen) menjadi Rp 204,4 juta per tahun. Jika dipotong biaya operasional 35 persen akan diperoleh Rp 132.860.000.

Dengan kesepakatan komposisi profit sharing  75 persen berbanding 25 persen, maka pemilik unit akan memperoleh penghasilan Rp 99.645.000 per tahun.

"Itu jika okupansi 100 persen," cetus Hene.

Sebaliknya, kalaupun tidak sampai 100 persen, atau katakanlah 80 persen, maka penghuni akan mendapatkan penghasilan Rp 42.924.000 per tahun dengan jaminan investasi kembali sekitar 10 hingga 12 tahun.

Syarat untuk dapat menjadi bagian dari Fika Rooms, pemilik harus menyerahkan deposit sebesar Rp 50 juta dengan masa berlaku kontrak perjanjian pengelolaan selama 5 tahun.

Adapun target penjualan Skandinavia tahun ini, Hene menyebut Rp 400 miliar dengan unit terkecil seluas 110 meter persegi yang dibanderol Rp 3 miliar.

"Seluruh unit sudah dilengkapi dengan furnitur," tuntas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com