BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono membantah kritikan calon presiden Prabowo Subianto bahwa proyek infrastruktur yang digarap saat ini tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang.
Menurut dia, setiap proyek yang digarap selalu ada dokumen studi kelayakan atau feasibility study (FS), detail engineering design (DED) hingga analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) sebelum eksekusi dilaksanakan.
"Kami ini mengeksekusi infrastruktur tidak sak deg sak nyeg (tiba-tiba) dikerjakan. Mulai dari dulu, itu pasti (ada FS dan DED)," kata Basuki di Bandung, Selasa (19/2/2019).
Baca juga: Prabowo Kritik Proyek Infrastruktur Era Jokowi Tanpa Uji Kelayakan
Dia mencontohkan pembangunan proyek Tol Probolinggo-Banyuwangi. Belum dieksekusinya proyek tersebut hingga kini lantaran PT Jasa Marga (Persero) Tbk, masih memperhitungkan rute terbaik yang hendak dibangun.
Setidaknya, ada tiga rute yang menjadi alternatif pilihan. Pertama, rute yang melewati tempat pelatihan marinir. Kemudian, rute yang mendekati daerah Bondowoso atau rute yang lebih ke selatan lagi.
"Mana yang paling efisien? Tergantung masalahnya dan sekarang mau dipilih dari tiga," sambung Basuki.
"Kalau lewat tempat latihan marinir yang hanya sekali dalam setahun, tapi setiap harinya saat latihan harus disetop 2-3 jam untuk dia manuver. Baru boleh jalan lagi. Bisa enggak orang menerima itu? Kalau enggak harus lebih selatan, harus bikin terowongan sehingga harganya lebih mahal. Tapi masyarakat ingin yang itu, sehingga tidak terganggu," jelas Basuki.
Pemilihan rute, kata Basuki, juga merupakan bagian dari FS dan DED yang menjadi pertimbangan sebelum pembangunan dilakukan. Tanpa ada keduanya, maka hal itu berpotensi melanggar peraturan.
Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut banyak proyek infrastruktur yang digarap pemerintahan saat ini dilakukan terburu-buru tanpa studi kelayakan.
Prabowo mengatakan, akibat banyak proyek yang digarap asal-asalan, para investor pun mengalami kerugian dan menyebabkan utang sulit dikembalikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.