Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Rp 50 Juta, Anda Bisa Bangun Sendiri Rumah Idaman

Kompas.com - 30/01/2019, 20:25 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Program rumah instan sederhana sehat (Risha) bisa menjadi solusi alternatif rumah layak huni dengan harga terjangkau bagi masyarakat dengan dana terbatas.

Melalui akun Twitter-nya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), menjelaskan simulasi pembangunan rumah dengan dana di bawah Rp 50 juta menggunakan sistem Risha.

Risha merupakan hunian yang dibangun dengan komponen utama berupa panel, beton, dan baut. Rumah ini juga dirancang secara modular atau blok-per-blok yang disusun menjadi satu.

Setiap modul dirancang dengan ukuran 3x3 meter dengan harga sekitar Rp 4,16 juta.

Baca juga: Risha dan Rika, Kokoh Berdiri Meski Diguncang Gempa

Berikut harga panel Risha:

  • Komponen P1: Rp 110.000 per meter persegi
  • Komponen P2: Rp 100.000 per meter persegi
  • Komponen P3: Rp 90.000 per meter persegi
  • Panel dinding: Rp 160.000 per meter persegi
  • Panel kusen: Rp 50.000 per meter persegi

Sementara untuk membuat satu buah modul Risha maka diperlukan 24 buah panel P1 (Rp 2,64 juta), 8 panel P2 (Rp 800.000), dan 8 panel P3 (Rp 720.000).

Dengan kata lain, dana yang disiapkan untuk mendirikan satu buah modul Risha sebesar Rp Rp 4,16 juta.

Kementerian PUPR membuat simulasi dana yang dibutuhkan untuk mendirikan sebuah rumah tipe 33.

Dengan struktur Risha, rumah tersebut hanya membutuhkan dana kurang lebih Rp 47,24 juta, dengan rincian:

  • Panel struktur (gabungan P1, P2, dan P3) seluas 142 meter persegi (kurang lebih Rp 14,2 juta)
  • Panel dinding seluas 44 meter persegi dengan harga (Rp 7,04 juta)
  • Panel kusen dengan luas 44 meter persegi (Rp 2 juta)
  • Atap, kaca, pintu, sanitair dengan harga kurang lebih (kurang lebih Rp 24 juta)

Panel 2. KOMPAS.com/ERWIN HUTAPEA Panel 2.

Namun perlu diperhatikan, Risha hanya mampu menopang struktur bangunan maksimal dua lantai.

Sedangkan untuk luas rumah dapat dirancang secara fleksibel asalkan mengikuti ukuran komponen modular.

"Untuk luasan mengikuti ukuran modular 3x3 meter, atau 3x1,8 meter, atau 1,8x1,8 meter. Dengan kreasi desain dari arsitek ukuran modular tersebut tetap bisa dibuat luasan yang cukup bervariasi," tutur Kepala Balai Litbang Tata Bangunan dan Lingkungan, Pusat Litbang Perumahan dan Lingkungan, Kementerian PUPR, Kuswara, kepada Kompas.com, Rabu (30/1/2019).

Memerlukan tenaga ahli

Struktur Risha dapat dibangun sendiri, namun Kuswara menyarankan untuk menggunakan tenaga terlatih agar bisa mendapatkan jaminan kualitas yang lebih baik.

Selain itu, tenaga terlatih juga dapat mempercepat proses pembangunan.

"Secara prinsip melaksanakan (pembangunan) sendiri sepanjang bisa mengikuti spek yang sudah ditentukan," ujar Kuswara.

Tenaga ahli yang dimaksud sebelumnya harus mengikuti tiga jenis pelatihan, yaitu pelatihan pembesian, pelatihan pengecoran panel, serta pelatihan perakitan sistem struktur Risha.

"Bisa dilakukan di daerah-daerah, setahu saya Balai Konstruksi Januari ini melakukan pelatihan di Bali dan Banten. Bahkan tahun kemarin di Lombok pun dilakukan beberapa kali pelatihan Risha," lanjut Kuswara.

Panel 3. KOMPAS.com/ERWIN HUTAPEA Panel 3.

Tanggapan pengembang

Meski diklaim lebih murah dibanding rumah konvensional, namun pengembang masih mengkaji penggunaan sistem Risha. Hal ini diungkapkan oleh CEO Elang Group, Elang Gumilang.

Selain itu, material sepeti komponen panel masih sulit didapatkan.

Baca juga: Target Sejuta Rumah Tahun Ini 635.361 Unit

Menurut Elang, hal ini menjadi salah satu kendala baik bagi masyarakat yang ingin menerapkan struktur Risha maupun pengembang yang berencana membangun struktur dengan sistem ini.

"Prospeknya bagus, hanya memang sosialisasinya mungkin yang dirasa masih kurang sehingga untuk memahami kelebihan dan kekurangan Risha banyak yang belum memahami termasuk dari sudut pandang konsumen," ujar Elang.

Menurut Elang, di masyarakat, masih terdapat anggapan rumah Risha yang dirancang tanpa sistem tulang membuat kualitas betonnya harus benar-benar dijaga.

Sementara untuk rumah konvensional dianggap lebih aman karena menggunakan besi tulangan.

"Oleh karena itu sosialisasinya cukup penting," imbuh Elang.

Contoh teknologi Risha yang telah diaplikasikan.Kementerian PUPR Contoh teknologi Risha yang telah diaplikasikan.
Menanggapi hal ini, Kuswara mengatakan bahan pembuatan Risha sebenarnya dapat diperoleh dengan mudah. Material bahan bangunan umum seperti baja dengan ukuran 8 dan 6 milimeter, pasir, batu split, dan semen.

Namun dia membenarkan komponen khusus seperti panel P1, P2, dan P3 memang masih terbatas. Panel ini bisa dibeli dari aplikator yang memproduksi panel tersebut.

"Sudah cukup banyak UMKM yang memproduksi panel tersebut, hanya sekarang mereka sedang konsentrasi menyediakan panel Risha untuk rehab dan rekon pasca gempa di Lombok," tutur Kuswara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau