Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Sebut Ramalan PBB tentang Krisis Air 2025

Kompas.com - 14/01/2019, 22:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut krisis air bersih menjadi salah satu ancaman paling nyata yang akan dihadapi Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia.

Prabowo mengaku, merujuk hal tersebut berdasarkan penelitian yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Kita harus swasembada air bersih. PBB, Perserikatan Bangs-Bangsa meramalkan bahwa 2025 seluruh bumi akan mengalami krisis air," kata Prabowo saat menyampaikan Pidato Kebangsaan di Jakarta, Senin (14/1/2018) malam.

Saat ini, menurut dia, sudah banyak warga di beberapa daerah di Tanah Air yang mulai kesulitan mendapatkan air bersih.

Salah satu daerah itu adalah wilayah Sragen di Jawa Tengah. Masyarakat yang tinggal di wilayah seluas 941,6 kilometer persegi itu, disebut Prabowo, banyak yang kesulitan air bersih.

"Di Sragen, satu jam dari Kota Solo, rakyat kesulitan air. Mereka menyampaikan kepada saya Pak, tim kita di situ, enggak usah kirim kaos, enggak usah kirim baliho, enggak usah kirim spanduk, tolong kirim tanki-tanki air," ucap Prabowo.

Baca juga: Terkait Banjir Jakarta, Basuki Bantah Pernyataan Prabowo

Untuk diketahui, PBB memproyeksikan pada 2030 kebutuhan air tawar dunia akan 40 persen lebih tinggi dari ketersediaan, akibat perubahan iklim, ulah manusia, dan pertumbuhan penduduk.

Setelah Cape Town yang beberapa waktu lalu sempat mengalami krisis air bersih, ada sebelas kota lain yang juga terancam mengalami hal yang sama yaitu Sao Paulo, Bangalore, Beijing, Kairo, Jakarta, dan Moskwa. Kemudian, Istambul, Mexico City, London, Tokyo dan Miami.

Di Jakarta, banyak warga yang tak menyadari bahwa Jakarta adalah kota pesisir. Dan seperti banyak kota pesisir lain, ibu kota Indonesia ini menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut.

Tapi di Jakarta, masalah ini diperparah dengan ulah manusia secara langsung. Karena kurang dari separuh dari 10 juta penduduk yang memiliki akses terhadap air leding, terjadi penggalian sumur secara serampangan.

Baca juga: Mengenal Hotel Mewah yang Disebut Prabowo dalam Pidato Boyolali

Praktik ini menguras cadangan kantung air bawah tanah, hampir secara harafiah mengempiskannya.

Akibatnya, menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40 persen wilayah Jakarta sekarang ini berada di bawah permukaan laut.

Keadaannya lebih buruk, kantung-kantung air itu tidak mengalami pengisian ulang meski turun hujan lebat karena seantero kota penuh beton dan aspal, sehingga lapangan terbuka pun tak bisa menyerap curah hujan.

Sudah ada penanganan

Kebutuhan air baku di Batam pada 2020 mendatang diperkirakan mencapai 4.500 liter per detik, sementara saat ini masih ada kekurangan sekitar 750 liter per detik. Tentunya dengan kapasitas bendungan Sei Gong yang mencapai 400 liter per detik, itu artinya hanya tersisa 350 liter per detik yang harus dipenuhi pemerintahKOMPAS.COM/ HADI MAULANA Kebutuhan air baku di Batam pada 2020 mendatang diperkirakan mencapai 4.500 liter per detik, sementara saat ini masih ada kekurangan sekitar 750 liter per detik. Tentunya dengan kapasitas bendungan Sei Gong yang mencapai 400 liter per detik, itu artinya hanya tersisa 350 liter per detik yang harus dipenuhi pemerintah
Pemerintah sendiri bukan tidak melakukan antisipasi atas potensi terjadinya krisis air bersih tersebut.

Seperti di Karanganyar, Jawa Tengah, misalnya, saat ini tengah dirampungkan pembangunan Bendungan Gondang yang menjadi salah satu proyek strategis nasional (PSN).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau