“Sesi pertama, jam 7 malam sampai 2 pagi biasanya yang beli sebagian besar adalah grosir atau reseller dari area Jabodetabek," tutur Sindhu.
Sementara pukul 02.00 WIB sampai 06.00 WIB pagi, pasar ini melayani pembeli menengah dan kecil seperti pengusaha Katering dan ibu-ibu rumah tangga yang sedang menggelar hajatan di rumah atau kantor.
Meski mencatat sejarah cukup panjang, perjalanan Pasar Kue Subuh Senen tak selalu senikmat rasa kuenya. Artinya, para pedagang juga mengalami pasang surut.
Penyebabnya rupa-rupa, mulai dari kebakaran hingga kian ramainya sentra kue subuh baru di beberapa kawasan di Jakarta.
Terakhir, pasar ini mengalami kebakaran pada tahun lalu. Kebakaran terjadi di Pasar Senen Blok 1 dan 2.
Akibatnya, pedagang pasar harus pindak ke Blok 4 dan 5. Area parkir yang kurang mencukupi hingga pungutan liar terkadang juga menjadi tantangan pengelola pasar.
Untuk mengembalikan kejayaan dan pamor Pasar Senen seperti tahun 1990-an, pengelola berencana merevitalisasi kawasan ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, seni, budaya, kuliner, dan gaya hidup urban Jakarta.
Shindu menegaskan, revitalisasi Kawasan Pasar Senen merupakan program strategis yang melibatkan sinergi antara berbagai stakeholders, mulai dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Jakarta Pusat, konsultan, lembaga swadaya masyarakat, BUMD melalui PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, PT Jaya Real Property Tbk, dan investor.
"Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, revitalisasi ini harus mengakomodasi kepentingan masyarakat Jakarta. Tidak hanya dari segi properti, juga pertumbuhan wisata, ekonomi, dan lain sebagainya," kata Shindu.
Dia memaparkan beragam fungsi properti akan dibangun guna mendukung program revitalisasi kawasan yang mencakup area di sekitar Tugu Tani, Kwitang hingga Pasar Senen ini.
Mulai dari pusat belanja (shopping mall), trade center, apartemen, kondominium hotel, hotel, plaza terbuka, ruang terbuka hijau, dan pusat kuliner Nusantara, akan dikembangkan di kawasan ini.
Pengelola merencanakan pembangunan secara bertahap per blok yang akan dimulai pada tahun depan dengan total nilai investasi Rp 2,5 triliun di luar Blok 4 yang sudah eksisting sebesar Rp 250 miliar.
Sebagai tahap awal revitalisasi adalah pengembangan Blok 1-2 dengan nilai investasi Rp 700 miliar. Di sini, akan dibangun shopping mall yang dikombinasikan dengan trade center seluas 100.000 meter persegi di atas lahan 2 hektar.
"Peritel food and beverage (F and B) mendominasi dengan komposisi 60 persen, yang diikuti peritel fashion, aksesori dan lainnya," tambah Shindu.