JAKARTA, KOMPAS.com - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF tetap optimistis bisnis perseroan pada 2019 mendatang tumbuh meskipun kondisi perekonomian diprediksi tidak sebaik tahun ini.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo menyatakan optimismenya saat menjawab pertanyaan Kompas.com, Jumat (30/11/2018).
"Kami tetap optimistis bisa tumbuh ya. Meskipun tidak sampai dua digit, dan tidak agresif," kata Ananta.
Ananta mengharapkan pertumbuhan tersebut terjadi pada matriks pendapatan dan juga laba perseroan.
Baca juga: Hingga Oktober 2018, SMF Salurkan Dana KPR Rp 45,34 Triliun
Untuk diketahui, hingga Oktober 2018, pendapatan SMF sudah mencapai 84,4 persen atau Rp 1,083 triliun. Kendati menyisakan sisa waktu dua bulan, Ananta yakin target pendapatan Rp 1,2 triliun.
Sementara dari segmen laba, perseroan sudah meraup 97,1 persen atau Rp 376 miliar dari target Rp 410 miliar.
Untuk mengejar target, Ananta menambahkan, SMF akan melakukan berbagai macam terobosan.
Terobosan tersebut terutama yang terkait misi perseroan yakni menyediakan pembiayaan sekunder jangka panjang untuk perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
SMF akan terus mengakselerasi dan inisiasi beberapa produk atau program, di antaranya yaitu pembiayaan perumahan di daerah terdampak bencana melalui Program KPR SMF Pasca Bencana.
Kemudian program penurunan beban fiskal, SMF memberikan dukungan dengan membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR FLPP, sehingga Pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan sebelumnya sebesar 99 persen.
Dengan adanya dukungan SMF, jumlah rumah yang akan dibiayai meningkat dari semula 60.000 unit menjadi 72.000 unit.
Hal tersebut memberikan dampak positif yaitu semakin banyak MBR yang memperoleh fasilitas KPR FLPP.
Program berikutnya yaitu Pembiayaan Homestay di destinasi wisata yang ditujukan untuk mendukung kementerian Pariwisata. SMF bekerja sama dengan BUMDes sebagai lembaga penyalur dan Pokdarwis (kelompok sadar wisata).
Baca juga: Awal Agustus, SMF Lansir EBA Ritel Rp 40 Miliar
Direktur PT SMF (Persero) Trisnadi Yulrisman menambahkan, Program Pembiayaan Homestay diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun/memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan sehingga dapat mendatangkan penghasilan.
Tahun 2018, SMF merencanakan proyek percontohan di beberapa desa wisata. Sementara untuk tahun 2019, skema pembiayaan homestay akan dievaluasi dan diduplikasikan pada 4 destinasi wisata prioritas, yaitu Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, dan Mandalika.
"Perkiraan jumlah kebutuhan homestaymencapai 305 unit," sebut Trisnadi.
Program ketiga, Program Pembangunan Rumah di Daerah Kumuh. SMF akan bersinergi dengan Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR melalui program kota tanpa kumuh (Kotaku) untuk turut serta mengatasi daerah kumuh melalui renovasi/pembangunan rumah.
Pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut nantinya akan bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atau Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Ada pun program keempat yaitu, KPR SMF Paska Bencana. Dalam program ini SMF akan membantu meringankan beban Pemerintah dalam merevitalisasi pemukiman masyarakat pasca bencana alam di Indonesia.
SMF akan bekerja sama dengan Perbankan untuk menyalurkan pembiayaan renovasi rumah-rumah masyarakat yang terdampak bencana.
Untuk tahap pertama, SMF menggandeng Bank NTB Syariah sebagai lembaga penyalur pembiayaan KPR paska bencana kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) korban gempa bumi di Lombok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.