Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transformasi Griyo Mapan di Tangan Generasi Muda

Kompas.com - 21/11/2018, 08:51 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Perubahan adalah keniscayaan. Jika tidak berubah, konsekuensi yang ditimbulkan dari bergemingnya perusahaan akan semakin kompleks.

"Untuk mengejar ketertinggalan, butuh sumber daya yang justru lebih besar jika kami tidak segera menyadari perubahan sejak dini," tutur Office Director Griyo Mapan Santoso David Widodo dalam perbincangan khusus dengan Kompas.com, Sabtu (17/11/2018).

David merupakan generasi kedua yang melanjutkan rekam jejak Griyo Mapan Santoso yang dirintis sejak 1984 silam.

Selain dalam hal personalia yang kini berjumlah 6 orang (4 orang berasal dari pemegang saham dan 2 orang profesional), perusahaan ini juga melakukan transformasi di segala bidang, termasuk strategi bisnis dan sistem operasional.

Baca juga: Pasar Properti Surabaya Tak Pernah Surut

"Tidak ada satu orang pun memegang kendali dominan saat ini. Kami ingin, ke depannya perusahaan tidak lagi mengandalkan figur, melainkan sistem yang berjalan baik. Ini sebuah legacy yang justru long lasting," papar David.

Pada zamannya, David mengakui, Griyo Mapan Santoso dikendalikan ayahnya. Namun kini, segala keputusan strategis perusahaan berdasarkan musyawarah, kolektif kolegial dari suara 6 orang. 

Griyo Mapan Santoso identik dengan perumahan-perumahan menengah ke bawah.  Sebut saja Griyo Mapan Manyar Indah, Griyo Mapan Mulyosari, Griyo Mapan Sutorejo Indah, dan Griyo Mapan Sutorejo Prima. 

Meski mampu memproduksi hunian dengan ciri khas yang identik, namun Griyo Mapan memilih untuk tidak terlalu agresif mengembangkan proyek baru.

Prinsip mereka, satu perumahan harus dituntaskan terlebih dahulu sebelum memulai proyek baru. 

"Kami harus konsentrasi memberikan perhatian hanya pada satu perumahan yang sedang dibangun. Jadi, hasilnya adalah terbaik buat konsumen," cetus David.

Naik kelas

COO Griyo Mapan Sentosa David WidodoDokumentasi Griyo Mapan Sentosa COO Griyo Mapan Sentosa David Widodo
Menjadi besar dimulai dari sesuatu yang kecil adalah postulatum yang dialami oleh siapapun yang ingin tumbuh dan berkembang melalui proses yang natural.

Perusahaan yang baru saja merayakan milad ke-34 tahunnya ini menyadari betul hal itu. Pasca menjejakkan rekam dengan perumahan berlabel "Griyo Mapan", naik kelas adalah pilihan yang harus diambil.

Karena itu, sejak tahun 2000, mereka mulai merambah kelas menengah atas melalui proyek berlabel Central Park.

Merek ini, kisah David, disematkan jauh sebelum PT Agung Podomoro Land (APLN) menamai superblok-nya dengan nama serupa.

Central Park diketahui merupakan konsep hunian yang diusulkan arsitek internal. Sang arsitek punya gagasan untuk memusatkan area penghijauan pada satu titik supaya lebih bermanfaat dan dapat diakses oleh semua penghuninya.

"Dulu seringnya, kami sebagai pengembang hanya membangun area penghijauan di sisa-sisa lahan yang pada akhirnya tidak bermanfaat. Tapi sekarang, hal itu menjadi fokus utama," tambah David.

Central Park Mulyosari Surabaya pun berdiri dengan komposisi area hijau sebesar 40 persen dari total lahan 10 hektar yang dikembangkan.

Berturut-turut kemudian Central Park Ahmad Yani, Central Park Semolowaru, Central Park Manyar Indah, dan Central Park Juanda.

Khusus Central Park Juanda, David membidik penjualan tahap awal sejumlah 300 unit dari total 700 unit. Harga perdana mulai dari Rp 700 juta hingga sekitar Rp 2 miliar per unit.

Boleh dikatakan, Central Park merupakan bentuk transformatif Griyo Mapan dalam menggarap ceruk pasar kelas menengah atas untuk kemudian menjangkau jenjang yang lebih tinggi.

Maka, dibidanilah kelahiran Grand Peninsula Park. Ini merupakan produk perumahan yang diklaim David sebagai kelas premium.

Komposisi area hijaunya pun lebih besar ketimbang Central Park, yakni 50 persen berbanding 50 persen.

Grand Peninsula Park Surabaya menempati area 10 hektar dan mencakup 120 unit hunian. Harga yang dibanderol untuk unit termurah sekitar Rp 3 miliar, sedangkan unit termahal sekitar Rp 5 miliar.

"Karena rekam jejak kami, pasar menyambut antusias. Sudah 40 unit terjual dan kami kembangkan hingga awal November ini," ungkap David.

Untuk merealisasikan mimpi Griyo Mapan Santoso menjadi pengembang yang patut diperhitungkan, mereka menginvestasikan dana Rp 200 miliar di perumahan ini.

Apartemen

Taman di salah satu sudut Grand Peninsula ParkDokumentasi Griyo Mapan Sentosa Taman di salah satu sudut Grand Peninsula Park
Tak puas bermain hanya di segmen perumahan tapak dengan catatan 4 proyek selama kurun 2000-2010, Griyo Mapan pun menjajaki ceruk hunian vertikal.

Apartemen di Ciputra World Surabaya merupakan ajang pembuktian keberanian Griyo Mapan untuk mencoba pengembangan baru.

"Meski kami hanya punya share 10 persen pada awal bergabung dan kemudian berubah menjadi 3 persen, tapi kami banyak belajar dari situ," kata David.

Kini, berbekal kepercayaan diri yang lebih tinggi, Griyo Mapan mau menerima pinangan PT PP (Persero) Tbk untuk membangun apartemen Grand Segara di tepi Jembatan Suramadu.

Grand Segara akan segera rilis kuartal pertama tahun 2019 mendatang dengan harga penawaran mulai Rp 400 jutaan.

Tahun depan David menargetkan penjualan Rp 450 miliar dari total 300 unit perumahan yang dapat terjual. 

Perusahaan ini tercatat memiliki 15 portofolio properti dengan cadangan lahan seluas 100 hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau