SURABAYA, KOMPAS.com - "Bisa melihat dan merebut masa depan". Demikian Laksmono Kartika, mengungkap rahasianya tetap eksis selama lebih dari empat dekade berkontribusi terhadap sektor properti Indonesia, khususnya Surabaya.
Lamicitra Nusantara adalah entitas induk yang dia rintis dari nol sejak 1975 melalui PT Bhaktijaya Dwipaparamitha.
Perusahaan ini mengoperasikan bengkel dan pergudangan yang terkait dengan perbaikan mesin-mesin.
"Saat itu, kerja apa saja saya jalani. Dari nol, nggak ada modal sama sekali. Tapi saya punya pengetahuan, saya punya komitmen, dan juga punya intuisi," kata Laksmono dalam perbincangan khusus dengan Kompas.com, di Surabaya, Sabtu (17/11/2018).
Baca juga: Pasar Properti Surabaya Tak Pernah Surut
Bisnis mana yang potensial mendatangkan keuntungan dan bermanfaat buat orang banyak, Laksmono bisa "membacanya" dengan jelas.
"Saya bisa tahu itu," tegasnya.
"Dia tahu mana lokasi yang akan menjadi emas dan profit center," ujar Priyo.
Perumahan Darmo Hill merupakan hasil dari ketajaman intuisi Laksmono. Dia mengincar lahan di Surabaya Barat ini sejak tahun 1980-an.
Saat ini, Darmo Hill merupakan salah satu address utama orang-orang kaya Surabaya.
Demikian halnya saat lelaki berusia 65 tahun itu mengakuisisi lahan di Jalan basuki Rahmat, Surabaya Pusat.
Saat itu, tahun 1990-an, keduanya tengah kongkow di kedai kopi. Laksmono mengatakan, di lahan itu tersimpan "emas" dan "masa depan" yang akan menjadi miliknya kelak.
Terbukti, saat ini Jl Basuki Rahmat merupakan salah satu koridor bisnis termahal, dengan posisi harga aktual menyentuh angka Rp 60 juta per meter persegi.
Ke depan, Lamicitra akan melakukan utilisasi aset lahan di Jl Basuki Rahmat ini sebagai superblok yang berisi perkantoran, apartemen, hotel, dan lifestyle retail.
Selain intuisi, dua pilar lain yang harus dikombinasikan secara harmonis dan selalu ditekankan Laksmono adalah ilmu pengetahuan dan relasi.
Belajar dari pengalaman, evaluasi langkah yang sudah dijalankan, serta mengoreksi kesalahan-kesalahan adalah "pendidikan" yang tak ternilai.
"Saya selalu mengatakan pada generasi muda, termasuk juga adik sendiri. Dia harus meneruskan pendidikan S2. Dia ambil hukum, itu harus diteruskan, jangan hanya S1. Selain itu juga dia ambil bisnis," ungkap Laksmono.
Sang adik, Pranowo Kartika yang menjabat sebagai Presiden Direktur PT Lamicitra Nusantara Tbk pun, mematuhi petuah Laksmono.
Baca juga: Orang Surabaya Beli Apartemen Sydney Rp 12 Miliar-Rp 18 Miliar Per Unit
Pranowo yang tercatat menjabat sebagai pemuncak PT Lamicitra Nusantara Tbk sejak 1998, memperoleh gelar Master of Business Administration dari World Association of University and College pada tahun 1999.
Dengan bekal studi hukum dan administrasi bisnis yang mumpuni itulah, tak ada satu pun produk-produk yang dibangun perusahaan bermasalah secara legalitas maupun jeblok di pasaran.
"Semua clear, jelas, dan lengkap perizinannya. Kami tak mau membangun sebelum semua persyaratan dipenuhi dan izin belum dikantongi. Semua produk kami juga menjadi pilihan dan sukses secara investasi," tegas Laksmono.
Termasuk saat membangun Jembatan Merah Plaza yang merupakan pusat ritel dengan konsep strata title pertama di Surabaya.
Menurut dia, Pranowo-lah yang paling mengerti dan menyusun aspek hukum pertelaan dari properti berkonsep strata title.
"Bahkan, saya dan dia yang mengajari BPN (Badan Pertanahan Nasional) untuk membuat payung hukumnya," tambah Laksmono.
Mulai dari jenderal dengan bintang berderet, pemuka agama, penguasa pemerintahan, sesama kolega bisnis, hingga tukang sapu harus diperlakukan sama.
Mereka sering diajak nonton gending dan tarian Jawa, atau pertunjukan seni tradisional lainnya. Dalam istilah Priyo, Laksmono lebih "jawa" ketimbang orang Jawa sendiri.
"Bapak juga tidak pernah membedakan suku, agama, ras, dan golongan. Kalau semua bekerja profesional dan demi kemajuan bersama, Bapak respek terhadap keberagaman," tandas Direktur Keuangan Lamicitra Nusantara Lanny Gondokusumo.
Hingga Oktober 2018, Lamicitra Nusantara telah memiliki lebih dari selusin portofolio properti dengan nilai yang terus bertumbuh.
Portofolio tersebut adalah Jembatan Merah Plaza (JMP) I Surabaya, JMP II, JMP III, Kawasan Industri Berikat atau Tanjung Emas Export Processing Zone Semarang, Perumahan Darmo Hill Surabaya, dan Ruko JMP Surabaya.
Adapun produk terbaru yang baru saja dimulai konstruksinya, Darmo Hill Apartments. Proyek ini merupakan apartemen perdana Lamicitra Nusantara yang dibangun di atas lahan seluas 3 hektar.
Baca juga: Lamicitra Memulai Konstruksi Apartemen Rp 4 Triliun
Terdiri dari 2.000 unit apartemen yang mencakup tujuh menara dengan tahap I adalah Rosewood.
Menara pertama ini ditawarkan sebanyak 330 unit dengan harga mulai dari Rp 1 miliar untuk tipe terkecil 36 meter persegi, tipe 2 kamar tidur Rp 2 miliar, tipe 3 kamar tidur Rp 3 miliar, dan tipe 3+1 kamar tidur Rp 4 miliar.
Untuk diketahui, kompleks apartemen Darmo Hill ini dirancang oleh konsultan arsitek ternama yang berafiliasi dengan Australia yakni PTI Architects.
Apartemen ini, menurut Prinsipal PTI Architects Doddy A Tjahjadi, akan dilengkapi dengan dua level ritel gaya hidup (lifestyle retail), dan berbagai fasilitas penunjang yang bersifat amenitas. Sementara sebagai pelaksana konstruksi utama adalah PT PP (Persero) Tbk.