Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Huntara Ditargetkan Rampung Dua Bulan

Kompas.com - 16/10/2018, 06:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam masa pemulihan pasca-bencana yang melanda Sulawesi Tengah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), akan membangun sebanyak 1.200 Hunian Sementara (Huntara),

Huntara ini bakal digunakan sebagai transit sampai dengan hunian tetap dan relokasi permukiman selesai.

Pembangunan huntara berdaya tampung 14.400 keluarga. Jumlah huntara yang akan dibangun merupakan tahap pertama, sembari menunggu perkembangan data pengungsi yang membutuhkan.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, relokasi permukiman memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang.

Meski begitu, Basuki menargetkan pembangunan huntara selesai dalam dua bulan.

"Makin cepat Huntara selesai, makin cepat penduduk bisa pindah dari tenda,” ujar Basuki dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (15/10/2018).

Baca juga: Lokasi Huntara di Palu Segera Ditentukan

Huntara akan dibangun di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala. Sementara tiga lokasi yang menjadi kandidat untuk relokasi permukiman warga yakni Kelurahan Duyu, Tondo dan Pombewe.

Huntara yang dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dan dibagi menjadi 12 bilik. Setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga.

"Minggu ini kami targetkan sudah ada satu unit mockup huntara sehingga bisa menjadi contoh dalam pembangunan huntara selanjutnya," ujar Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah Kementerian PUPR, Arie Setiadi Murwanto.

Arie menjelaskan, huntara tersebut dibangun dengan sistem kluster pada lima zona. Pemilihan zona ini mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan serta keamanan lokasi dari dampak gempa.

Dia menambahkan, pembangunan huntara tidak seluruhnya dilakukan oleh Kementerian PUPR, namun juga terbuka bagi pihak lain untuk membangun huntara diatas lahan yang disiapkan.

Namun dengan catatan, desain yang digunakan sama dengan yang dibangun oleh Kementerian PUPR.

"Kami mengharapkan pembangunan hunian sementara oleh pihak-pihak lain di luar Kementerian PUPR menyatu dengan huntara Kementerian PUPR serta memiliki desain yang sama agar tidak terjadi kecemburuan," tambah Arie.

Dapat bertahan hingga dua tahun

Kondisi Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, beberapa hari setelah peristiwa likuefaksi akibat gempa bumi bermagnitudo 7,4 pada 28 September 2018.KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR Kondisi Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, beberapa hari setelah peristiwa likuefaksi akibat gempa bumi bermagnitudo 7,4 pada 28 September 2018.
Setiap klaster terdiri atas 10 unit huntara atau 120 bilik. Dalam tiap-tiap cluster akan dibangun satu buah sekolah PAUD dan satu SD.

Klaster tersebut juga akan dilengkapi dengan tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga dan tempat parkir motor.

Setiap unit huntara dilengkapi 4 toilet, 4 kamar mandi, septik tank, tempat mencuci, dan dapur bersama serta listrik dengan daya 450 watt di setiap bilik.

Hunian-hunian ini bisa dimanfaatkan dalam dua tahun sampai hunian tetap yang dibangun Pemerintah selesai.

Lebih lanjut, konstruksi huntara juga akan mengakomodir kondisi cuaca Kota Palu yang panas karena berada di garis khatulistiwa.

Untuk itu, konstruksi akan menggunakan baja ringan dengan dinding yang terbuat dari bahan glassfiber reinforced cement (GRC).

Lokasi huntara yakni di Kelurahan Duyu, Petobo dan Pengawu, Lapangan Sepakbola Kelurahan Silae, Tipo, Tipo A, Lapangan Kelurahan Buluri, Watusampu, dan Kawatuna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau