KOMPAS.com - Gempa yang mengguncang Christchurch, Selandia Baru, pada 2010 dan 2011 meninggalkan berbagai kerusakan.
Beberapa gedung yang sudah dirancang dengan teknologi baru pun ikut runtuh. Hal ini bukan tanpa alasan.
Salah satu penyebabnya yaitu likuifaksi atau pergeseran tanah yang mengakibatkan hilangnya kekuatan tanah dan tidak bisa menahan lapisan di atasnya.
Rentetan gempa pada 2010 dan 2011 di Selandia Baru bermula pada September 2010. Pada waktu itu, gempa mengguncang dengan magnitudo 7,1. Pusat gempa berada sekitar 40 kilometer di sebelah barat kota.
Gempa kedua bermagnitudo 6,3 kembali mengguncang kota terbesar kedua di Selandia Baru ini pada Februari 2011. Gempa kedua ini tak hanya membawa kerusakan lebih besar, tetapi juga bencana lain bagi penduduk kota.
Bencana itu juga mengakibatkan naiknya lumpur ke permukaan tanah. Tak kurang dari 200.000 ton lumpur membanjiri kota. Banyak bangunan yang dirancang dengan teknologi dan konstruksi ramah gempa ikut rusak.
Likuifaksi yang terjadi juga mengakibatkan 80 persen sistem pembuangan dan pengairan rusak berat.
Baca juga: Cara Hadapi Gempa dan Tsunami, Indonesia Perlu Belajar dari Chile
Kampanye yang diberi nama "Share an Idea" ini telah berhasil mengajak masyarakat untuk terlibat dalam upaya pemulihan kota.
Kampanye ini memfasilitasi diskusi bersama anggota masyarakat dalam membangun kembali kawasan pusat bisnis (central business district/CBD).
Masyarakat dapat memberikan masukan serta ide secara daring (online). Usulan tersebut akan tampil dalam tampilan situs web. Uniknya, setiap orang juga bisa memilih usulan terbaik dengan cara voting.
Diskusi ini menghasilkan beberapa ide mengenai rencana pembangunan pusat kota. Salah satunya adalah mengubah kawasan tersebut menjadi area hijau.
Ide lainnya adalah mengubah pusat kota menjadi taman bermain yang layak. Taman yang dinamai Margaret Mahy Family Playground ini menyediakan lapangan bermain anak-anak, wahana olahraga, hingga arena outbond. Pembangunan taman ini menghabiskan dana 20 juta dollar AS.
Ide untuk mengubah area pusat kota tak hanya sampai di situ. Bahkan, sebuah organisasi yang menamakan diri The Stronger Christchurch Infrastructure Rebuild Team (SCIT) turut memberikan sumbangsih berupa ide untuk membangun kembali beberapa area kota dengan bahan ramah gempa seperti kontainer.
Bangunan-bangunan sementara ini dibuat untuk mengajak masyarakat kembali ke kota sambil menunggu pemulihan dan pembangunan ulang selesai.
Bangunan yang terkenal adalah START Container Mall. Gedung ini bahkan menjadi salah satu atraksi turis yang berkunjung ke Christchurch meski bangunan ini didirikan untuk sementara.
Baca juga: Bantu Pemerintah, Kontraktor Ikut Tangani Bangunan Rusak Pasca-gempa
Bencana yang terjadi mau tak mau memaksa pemerintah untuk memetakan kembali wilayah rawan bencana. Kawasan-kawasan yang berada di zona merah tentu menjadi area terlarang untuk dibangun.
Salah satu yang menjadi tantangan dalam membangun kembali kawasan kota adalah mengubah kawasan CBD yang juga masuk ke zona rawan.
Kawasan CBD di Christchurch, sama seperti area lain di berbagai belahan dunia, merupakan wilayah yang padat dengan bangunan-bangunan tinggi.
Untuk itu, pemerintah kota harus memutuskan untuk merobohkan bangunan rusak dan berbahaya di area itu. Hingga kini, proses merobohkan bangunan di wilayah rawan bencana masih berlangsung.
Pemerintah kota juga memutuskan untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai ruang terbuka dan area berkumpul masyarakat.
Proyek pemulihan kembali ini dinamai Anchor Project. Tak kurang dari 17 proyek direncanakan oleh Pemerintah Selandia Baru.
Tak hanya kawasan CBD, area Bexley yang juga termasuk zona merah turut berubah fungsi.
Sebelum gempa melanda, tak kurang dari 4.000 orang tinggal di area ini. Namun, kini hanya ditemukan beberapa rumah di Bexley. Wilayah lain telah berubah menjadi ruang terbuka.
Selama masa pemulihan, daerah-daerah yang masuk ke zona merah ditutup untuk umum. Ini karena banyak bangunan yang tenggelam dianggap berbahaya.
Untuk itu, pemerintah kota menerjunkan tim yang bertugas mengidentifikasi bangunan berbahaya dan dianggap tidak stabil untuk diruntuhkan.
Tim yang diberi nama CERA ini juga bertugas untuk membuka lahan dan membuang puing-puing bangunan di lokasi yang aman.
Para petugas mulai membersihkan area dari sampah dan puing. Tak lupa mereka pun juga merobohkan bangunan di area tersebut.
Perubahan tak hanya terjadi di pusat ekonomi dan bisnis Christchurch, tetapi juga di wilayah lain yang rawan bencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.