JAKARTA, KOMPAS.com - Percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, membuat pasar konstruksi nasional menjadi yang terbesar di ASEAN atau Asia Tenggara.
Bahkan, Indonesia disebut sebagai negara yang menyumbang 60-70 persen dari total pasar konstruksi di wilaya tenggara Asia ini.
Hal tersebut yang kemudian turut mendorong kembali diselenggarakannya kegiatan Concrete Show South East Asia (SEA) 2018 di Indonesia pada 19-21 September mendatang.
Senior Event Manager PT UBM Pameran Niaga Indonesia Niekke W Budiman mengatakan, dari seluruh proyek infrastruktur yang dikerjakan, konstruksi beton menyumbang 40 persen bahan bangunan yang digunakan.
Baca juga: 23 Negara Ikuti Pameran Konstruksi di Indonesia
Tak heran bila pemerintah terus menggenjot peningkatan kapasitas industri beton pracetak dan prategang nasional menjadi 50 persen hingga 2019.
Porsi tersebut ingin dicapai dalam rangka menciptakan efektivitas, efisiensi dan kualitas dalam penyelenggaraan konstruksi.
"Indonesia merupakan salah satu pasar konstruksi yang terus berkembang, dan kami melihat teknologi beton seperti pracetak perlu terus diperkenalkan kepada masyarakat luas sehingga teknologi beton terkini dapat dikuasai tenaga ahli konstruksi Indonesia untuk membantu meningkatkan kapasitas konstrik guna mendukung pembangunan," kata Niekke dalam keterangan tertulis, Rabu (12/9/2018).
Sejak 2015, kapasitas produksi beton pracetak nasional terus meningkat, yaitu dari 25,3 juta ton menjadi 26,7 juta ton pada 2016. Jumlah tersebut kembali meningkat pada 2017 menjadi 35 juta ton.
Senada, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sebelumnya mengatakan, industri konstruksi menjadi salah satu motor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada triwulan-II 2018, Badan Pusat Statistik merilis tingkat pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,27 persen.
Basuki pun mengingatkan, agar jajaran Kementerian PUPR dapat memaksimalkan serapan anggaran yang telah diterima di pos masing-masing.
"Oleh karenanya penyerapan diharapkan bisa dilakukan secara merata, tidak menumpuk pada akhir tahun sehingga bisa tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen," tutur Basuki dalam keterangan tertulis, Selasa (7/8/2018).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.