JAKARTA, KOMPAS.com - Meski proyek infrastruktur terkenda dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, industri beton pracetak nasional sebagai salah satu pemasok rantai proyek infrastruktur justru minim terkena imbas.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I) Wilfred Singkali mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan industri ini tak terkena dampak buruk pelemahan rupiah adalah penggunan komponen dalam negeri.
“Antara 60-80 persen (tingkat komponen dalam negerinya). Memang ada pengaruh seperti besi, tapi kondisi cukup menguntungkan kami dengan pertarungan raksasa-raksasa,” kata Wilfred dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Baca juga: Produksi Beton Pracetak Tahun 2018 Diprediksi Naik 10 Persen
Wilfred menambahkan, penundaan sejumlah infrastruktur terutama proyek strategis nasional (PSN) juga menguntungkan pelaku bisnis.
Mereka tidak dipaksa menaikkan kapasitas produksi, sehingga target yang hendak dicapai dapat didistribusikan pada tahun depan.
Di sisi lain, tingkat penyerapan beton pracetak pun cukup baik dalam memenuhi kebutuhan proyek dalam negeri.
“Ada yang sudah 100 persen, bahkan ada yang sudah dari kapasitas normal itu sudah 120 persen (utilisasi) tapi itu relatif fleksibel ya. Makanya saya bilang, dari industri kan berharap ada kenaikan bertahap sehingga tidak perlu langsung melakukan investasi besar-besaran,” tutur Wilfred.
Saat ini, produksi beton pracetak nasional terus meningkat. Bila pada 2015, produksinya dapat mencapai 25,3 juta ton. Pada 2016 meningkat menjadi 26,7 juta ton dan 35 juta ton pada tahun 2017.
Tahun ini, AP3I menargetkan pertumbuhan produksi hingga mencapai 10 persen dibandingkan tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.