KOMPAS.com - Kisah para pendiri properti dunia memang layak menjadi perbincangan. Bagaimana tidak, mayoritas dari para pendiri tersebut memulai usaha dari bawah. Seperti tiga pendiri perusahaan properti ini:
Lahir dan besar di di sebuah kota kecil di Utah, tak menyurutkan niat Marriott muda untuk memulai usaha.
Dia pernah menjajal berbagai profesi seperti penulis, penjaga toko, pengajar, hingga manajer sebuah toko buku.
Setelah lulus dari Weber College, Marriot meneruskan pendidikannya di University of Utah. Selama masa kuliah, dia bersama dengan sahabatnya, Franklin D Richards bekerja di bisnis katering makanan.
Selama musim panas, Marriott menghabiskan masa liburannya dengan berjualan pakaian berbahan wol. Dia selalu pergi ke tempat penebangan di Northwest untuk menjual barang dagangannya.
Uniknya, Marriott punya cara tak biasa untuk memasarkan pakaian tersebut. Dia akan menantang beberapa orang penebang melepaskan celana wol itu dengan kakinya.
Jika mereka berhasil melakukannya, maka Marriot akan memberikan pakaian gratis. Namun jika penebang tersebut gagal, maka mereka harus membelinya.
Cara itu ternyata berhasil, Marriot pun menjadi penjual paling produktif perusahaan tersebut.
Ketika menemukan antusiasme masyarakat pada produk root beer keluaran A&W, JW Marriot merasa tertarik mencari tahu.
Dia melihat panjangnya antrian pembeli di sebuah kedai root beer biasa dan berusaha belajar bagaimana cara pemasaran produk tersebut.
Marriot kemudian pergi ke California untuk bertemu dengan pendiri A&W, Roy Allen. Allen lalu memberikan izin kepada Marriot untuk menjual minuman tersebut di area Washington DC.
Dia memilih area tersebut karena melihat bagaimana panasnya Washington pada saat musim panas. Namun bisnis ini hanya bertahan saatr musim panas.
Ketika musim berganti, Marriot yang saat itu sudah menikahi istrinya mencoba berganti haluan dengan menjual tamales, makanan pedas asal Meksiko.
Kedai itu kemudian berubah nama menjadi Hot Shoppe yang menyediakan root beer dan panganan khas Meksiko.
Melansir situs Marriott, kedai tersebut menjadi cikal bakal bisnis JW Marriot ke depannya.
Pada 1937, Marriott mengembangkan kedai miliknya dengan membuka layanan katering pesawat. Dia menyediakan kotak makanan khusus untuk penumpang.
Pada 1957, Marriott membuat perubahan dengan terjun ke bisnis perhotelan. Hotel pertama yang dibuka berada di Arlington, Virginia. Hotel ini berada di bawah pengelolaan anaknya, Bill.
Bisnis perhotelan ini terus berkembang. Kini Marriott International merupakan perusahaan global yang bergerak di bidang perhotelan yang memiliki lebih dari 5.700 properti di lebih dari 110 negara.
Hotel ini pernah menyandang gelar sebagai bangunan tertinggi di dunia dari tahun 1931 sampai 1963.
Kini merek Waldorf Astoria berada di bawah manajemen jaringan bisnis Hilton menjadi salah satu entitas hotel mewah di dunia.
Adalah George C Boldt yang memegang peran sebagai orang di balik susksesnya brand Waldorf-Astoria.
Dia menyumbang sebagian besar inovasi di dunia perhotelan.
Awal karir Boldt dalam industri perhotelan dimulai ketika dia menginjakkan kaki di Amerika.
Boldt yang berasal dari Jerman pergi ke negeri Paman Sam tersebut pada usia 13 tahun.
Dokumen New York Times yang terbit pada 6 Desember 1916 menyebutkan, pada waktu itu, Boldt bekerja di sebuah hotel kecil.
Setelah mengumpulkan uang, dia pun memulai usaha peternakan ayam, yang akhirnya gagal.
Dia lalu kembali bekerja di hotel. New York Times menyebutkan bahwa Boldt merupakan salah satu penyumbang suksesnya hotel itu. Tidak disebutkan persis nama hotelnya.
Setelah itu, dia pergi ke Philadelphia dan ikut mengelola Clover Club, klub pria kaya di Philadephia.
Setelah menikah, dengan berbagai koneksi yang dimiliki, Boldt membangun hotel pertamanya pada 1881. Hotel tersebut diberi nama The Bellevue.
Ada banyak kisah yang beredar mengenai pertemuan Boldt dan William Waldorf Astor.
Kisah paling populer dan sering diceritakan adalah ketika William Waldorf Astor dan istrinya bertandang ke The Bellevue dan kehabisan kamar.
Pada saat itu, Boldt pun memutuskan untuk memberikan kamar pribadinya yang tersisa untuk pasangan tersebut.
Dua tahun kemudian pasangan tersebut mengirimkan surat kepada Boldt yang menyatakan bahwa mereka memilihnya sebagai manajer baru Waldorf Hotel.
Namun cerita tersebut ternyata tidak benar. Kepada New York Times, Boldt mengungkapkan, salah satu anggota keluarga Astor membawa seorang anak yang sedang sakit ke salah satu hotel kecil di New Jersey.
Hotel tersebut merupakan salah satu milik Boldt.
Pada saat itu tidak ada ruang kamar yang tersisa. Kemudian Boldt dan istrinya menyerahkan kamar pribadi mereka untuk ditempati.
Boldt juga mengatakan, bahwa keluarga tersebut memegang peranan penting dalam meyakinkan William Waldorf untuk membangun Waldorf Hotel, dengan Boldt sebagai manajernya.
Hotel tersebut selesai dibangun pada 1893 dan dibuka pada 1894. Bangunan Waldorf Hotel pun dikenal sebagai gedung paling indah di dunia.
Pada hari pertama pembukaan, hanya ada 32 tamu yang datang. Namun tiga bulan kemudian, di bawah arahan Boldt, Waldorf berkembang menjadi tempat bagi kalangan elite New York.
Setelah sukses, salah satu anggota keluarga Astor kemudian membangun Hotel Astor persis di samping Waldorf Hotel. Pemiliknya kemudian menyewakan hotel tersebut kepada Boldt.
Dia pun kemudian menggabungkan kedua hotel tersebut menjadi satu nama, yaitu Waldorf Astoria. Penggabungan ini membuat Waldorf Astoria menjadi hotel terbesar pada masanya.
Boldt mulai mengembangkan sayap bisnisnya dengan mengakuisisi Stratford Hotel.
Dia pun mulai membangun hotel terbesar di Philadelphia, dengan menggabungkan dua hotel miliknya menjadi Bellevue-Stratford Hotel pada 1902.
Kini hotel tersebut telah berubah nama menjadi Park Hyatt.
Bermula dari Berthold Kempinski yang mengelola bisnis anggur pada 1872.
Bisnis ini berkembang, di masa depan usaha ini menjadi induk dari bisnis Kempinski.
Setelah sukses dengan bisnis tersebut, Kempinski dengan ambisinya kemudian melebarkan bisnisnya ke usaha restoran.
Pada 1889, dia membuka resotaran di Leipziger Strasse. Tempat makan ini menjadi nomor satu di Berlin.
Kempinski kemudian menyerahkan usahanya ke menantunya, Richard Unger.
Penyerahan bisnis ini tentu saja dengan satu syarat, bahwa Unger tetap harus menggunakan nama Kempinski.
Bersama dengan bisnis restoran yang udah dirintis Kempinski, Unger kemudian membangun bisnis properti di awal Perang Dunia I.
Setelah perang usai, Bisnis di Berlin pun berkembang pesat. Pada 1918 Hotel Kempinski pun dibangun di 27 Kurfürstendamm.
Namun Perang Dunia II yang berkecamuk membuat Unger dan keluarganya meninggalkan Jerman dan pergi ke Amerika Serikat. Hal ini membuat perusahaan Kempinski menjadi bagian Aschiner AG.
Restoran di 27 Kurfürstendamm tak luput dari serangan. Properti lainnya juga hancur akibat serangan bom.
Meski semua properti milik Kempinsky hancur, namun namanya masih tetap ada. Setelah konflik berakhir, putra Richard Unger, Frederick Unger kembali ke Jerman.
Dia mulai membangun usaha hotel di lahan bekas Restoran 27 Kurfürstendamm. Hotel tersebut dibuka satu tahun kemudian dengan nama Hotel Kempinski.
Selama 20 tahun, tempat ini menjadi satu-satunya hotel mewah bintang lima di kawasan tersebut.
Pada 1953, Frederich Unger menjual sahamnya dan nama Kempinski ke Hotelbetriebs-Aktiengesellschaft, yang telah mengelola hotel-hotel seperti Bristol, Baltic, dan Kaiserhof.
Sejak saat itu, pengelolaan Kempinskia telah beberapa kali berpindah tangan. Pada 1970, Sidang Umum perusahaan memilih untuk mengubah namanya menjadi Kempinski Hotelbetriebs- Aktiengesellschaft.
Pada 1977 hotel ini berubah nama menjadi Kempinski Aktiengesellschaft (AG).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.