Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Semangat Belajar Kanak-kanak di Sekolah Berbahan Bambu

Kompas.com - 03/09/2018, 22:10 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada yang unik dari bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kober Nurhikmat di Tasikmalaya. Gedung yang berada di tengah area persawahan ini menarik perhatian karena dibangun dari material bambu.

Andrea Fitrianto selaku koordinator arsitek dari proyek pembangunan rumah bambu ini mengatakan, awalnya PAUD Kober Nurhikmat menempati rumah salah satu pengajar.

Selama dua tahun, anak-anak belajar di lantai dasar rumah yang dibuka menjadi PAUD.

Rumah yang berada di pinggir jalan antara kota Tasikmalaya dan Singaparna tersebut dianggap kurang representatif menjadi tempat belajar dan bermain anak.

Bangunan PAUD Nurhikmat di pinggiran sawahArchitecture Sans Frontières Indonesia Bangunan PAUD Nurhikmat di pinggiran sawah
Andrea menjelaskan, kondisi PAUD saat itu terlalu sempit untuk belajar dan bermain anak-anak, ditambah dengan banyaknya polusi udara dan suara dari pinggir jalan.

Akhirnya, Rina Marlina selaku pengelola PAUD Nurhikmat, mengupayakan berbagai cara agar lokasi PAUD dapat pindah dari tempat tersebut.

Hingga pada 2016, dia bertemu dengan Andrea dan Architecture Sans Frontières Indonesia (ASF-ID).

"Ada banyak anak-anak dari keluarga miskin, dari keluarga anak yatim, mereka tidak bersekolah. Akhirnya tantangannya adalah di sarananya memang tidak memadai," ujar Rina Marlina dalam sebuah video yang diunggah ASF-ID dalam akun Youtube-nya.

ASF-ID atau "Arsitektur tanpa batas" merupakan organisasi arsitektural non-profit yang memberikan wawasan sosial kepada arsitek, sarjana arsitektur, dan mahasiswa lewat aksi arsitektural.

Pembangunan PAUD ini merupakan kerja sama antara pihak yayasan dengan ASF-ID. Andrea mengatakan, pihak yayasan memiliki lahan persawahan yang bisa digunakan untuk membangun gedung baru.

Pintu masuk PAUD Nurhikmat, TasikmalayaArchitecture Sans Frontières Indonesia Pintu masuk PAUD Nurhikmat, Tasikmalaya
"Kebetulan yayasan ini punya tanah yang agak masuk ke dalam, tapi kondisinya sawah. Setelah kami survei di pertengahan 2016, kita bilang bisa aja bikin bangunan di atas sawah, tanpa harus mengubah alih fungsi sawah tersebut," ujar Andrea kepada Kompas.com, Senin (3/89/2018).

Andrea dan rekan-rekannya yang tergabung dalam ASF-ID kemudian membuat rancangan gedung dengan konsep umpak panggung. Desain ini dipilih untuk mempertahankan fungsi area sawah di sekitarnya.

Rencana pembangunan gedung sebenarnya sudah ada sejak 2016 lalu, dan menunggu hingga dana terkumpul di awal tahun ini. Baru kemudian gedung terealisasi dan bisa digunakan satu bulan lalu.

Pembangunan sendiri berlangsung sekitar dua bulan dengan total dana mencapai Rp 200 juta. Dana yang terkumpul berasal dari berbagai pihak.

Seorang murid menuruni anak tangga di dalam PAUD Nurhikmat, TasikmalayaArchitecture Sans Frontières Indonesia Seorang murid menuruni anak tangga di dalam PAUD Nurhikmat, Tasikmalaya
Bahan bambu

Bambu dipilih menjadi material bangunan, karena kuat terhadap goncangan gempa. Seperti diketahui, Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah rawan gempa. Bahkan selama satu dekade, wilayah ini sudah tiga kali diguncang gempa.

Di samping itu, Tasikmalaya juga dikenal sebagai pusat sentra kerajinan kriya terutama yang berbahan dasar bambu.

"Lalu kita cari cara supaya bambu ini menjadi bangunan yang permanen. Jadi bambunya diolah dulu baru bisa digunakan untuk bahan bangunan," ungkap Andrea.

Tiap bagian bambu tersebut kemudian disambung. Andrea mengatakan tiap sambungan harus kuat agar tidak mudah lepas. Untuk itu, setiap sambungan tidak menggunakan ijuk melainkan dengan mur, baut, serta baja.

Salah stau ruangan di PAUD Nurhikmat, TasikmalayaArchitecture Sans Frontières Indonesia Salah stau ruangan di PAUD Nurhikmat, Tasikmalaya
"Sepanjang sejarah bambu kita pakai, tapi kadang sambungannya jebol karena pakai ijuk atau bambunya dimakan kutu," cetus Andrea.

Untuk itu, bambu harus diawetkan terlebih dahulu, sebelum bisa digunakan. Bambu yang digunakan merupakan jenis khusus yang paling kuat, yakni Dendrocalamus asper.

Andrea menambahkan, bambu yang memiliki diameter besar dan bilah-bilah panjang ini banyak ditemukan di Asia Tenggara.

Selain itu, bambu jenis Gigantochloa apus juga turut digunakan sebagai komponen tambahan.

"Bambu sebetulnya ada dua jenis, satu lagi bambu pring apus kalo di Jawa. Sisanya bahan biasa yang tersedia di toko bangunan kayak multiplek, lalu genting tanah liat," tuntasnya.

Detail bangunan

Seorang siswa PAUD Nurhikmat, TasikmalayaArchitecture Sans Frontières Indonesia Seorang siswa PAUD Nurhikmat, Tasikmalaya
Selain menggunakan bahan bambu, keunikan lain dari bangunan PAUD Nurhikmat ini terletak pada bentuk dinding yang miring dan menjorok ke dalam.

Andrea mengatakan, dinding miring ini berfungsi agar air hujan tidak langsung masuk ke jendela.

Bidang miring ini juga menambah kesan estetis bangunan. Menurut dia, rancangan struktur dinding ini cocok untuk iklim Indonesia.

Rangka utama bambu dirancang terpisah dari lantai untuk memungkinkan perluasan di masa mendatang.

Bagian dinding menggunakan bahan dari multiplek sementara atap terbuat dari genting tanah liat.

Bangunan PAUD ini mampu menopang beban hingga seberat 200 kilogram per meter persegi.

Sementara luas bangunannya mencapai 145 meter persegi.

Meski bangunan sudah berdiri, pihak PAUD masih mengupayakan sarana bermain luar ruangan bagi anak-anak.

Bangunan yang terdiri dari dua lantai ini memiliki tiga buah ruang kelas yang diperuntukkan bagi kelompok anak usia 4, 5, dan 6 tahun.

Kini PAUD Nurhikmat telah memiliki 28 orang anak didik dan 5 orang pengajar.

Ketika ditanya apakah pihaknya akan membangun gedung serupa, Andrea menjelaskan jika ada yang membutuhkan, maka pihaknya akan bersedia untuk memberikan bantuan.

"Tergantung respon, kalau ada yang datang ke kami lalu minta bangunkan kita kerjakan. Sampai sekarang ASF ini perkumpulan paruh waktu jadi diantara kita ini part time dan separuhnya probono," pungkas dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau