JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa bumi yang terjadi Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengakibatkan tak kurang dari 560 orang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Gempa tersebut juga meluluhlantakkan rumah dan bangunan lainnya. Tak kurang dari 74.000 rumah rusak, dengan klasifikasi ringan sampai berat.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga menilai, gempa yang terjadi beberapa waktu lalu bukan menjadi penyebab utama banyaknya jumlah korban meninggal dunia.
Baca juga: Rekompak, Cara Pemerintah Bangun Rumah Terdampak Gempa Lombok
"Gempa itu tidak membunuh, yang membunuh adalah bangunan rubuh akibat gempa. Sehingga untuk itu kita harus menjaga bangunan yang kita bangun kembali ini lebih baik dan juga tahan gempa," kata Danis di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Saat ini, Kementerian PUPR dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih mengklasifikasi rumah-rumah rusak akibat gempa.
Klasifikasi dilakukan untuk menentukan tingkat kerusakan yang terjadi, dengan melibatkan ahli dari Kementerian PUPR.
Pemerintah berencana membangun Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sebagai pengganti rumah masyarakat yang mengalami kerusakan berat.
Teknologi Risha yang akan digunakan diklaim memiliki ketahanan gempa hingga mencapai magnitudo 8.
Baca juga: Pemerintah Klaim Risha Tahan Gempa Hingga Magnitudo 8
"Apa yang dialakukan ini mirip tahun 2006 di Yogyakarta. Jadi membangun rumah itu kata kuncinya adalah bergotong royong dan didampingi fasilitator teknis dan yang akan disiapkan kementerian," tutur Danis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.