Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Megaproyek Transportasi di China Gagal

Kompas.com - 24/08/2018, 12:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur transportasi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, namun memiliki risiko tinggi dan rentan terhadap kegagalan.

Menurut jurnal The Failure Of Transport Megaprojects: Lessons From Developed And Developing Countries, beberapa alasan mengapa sebuah megaproyek di bidang transportasi dianggap gagal dengan cakupan:

  • Gagal dibangun atau infrastruktur tidak lengkap.
  • Pembangunan terlambat.
  • Over budget lebih dari 52 persen. Bahkan Bent Flvbjerg, ahli di bidang manajemen proyek di Oxford's Business School memerkirakan 9 dari 10 megaproyek melebihi anggaran.
  • Proyek selesai, namun tidak berfungsi dengan baik.
  • Proyek selesai dan berfungsi dengan baik, namun tidak memberikan manfaat seperti yang diharapkan (dalam tempo waktu yang diperkirakan)
  • Proyek selesai tepat waktu, namun masalah eksternal yang tidak bisa diprediksi seperti resesi yang mencegah terjadinya realisasi dari manfaat pembangunan proyek tersebut.

Sementara kegagalan membangun proyek tersebut bisa disebabkan karena:

  • Spesifikasi yang salah
  • Manajemen perencanaan yang burukProyek tersbeut merupakan proek perintis atau belum pernah dikerjakan sebelumnya
  • Masalah di pemerintahan, misal politisi yang bukan ahli menduduki posisi teknik.
  • Optimism bias atau suatu kejadian dimana seseorang merasa memiliki kemungkinan kecil untuk gagal.
  • Scope creep atau perubahan yang tidak terkendali setelah proyek tersebut dimulai
  • Perubahan peraturan yang tidak terduga
  • Fluktuasi mata uang yang tidak terduga
  • dll.

Pembangunan infrastruktur khususnya di bidang transportasi sangat penting untuk perkembangan ekonomi.

Baca juga: Selain Tiket, Ini Empat Sumber Pendapatan MRT Jakarta

Bahkan diperkirakan 65 persen gagal memenuhi tujuan bisnis mereka, seperti dua megaproyek di bidang transportasi berikut ini:

Straddling Bus China

Satu unit bus ngangkang teronggok begitu saja setelah sempat diuji coba pada Agustus lalu.Shanghaiist Satu unit bus ngangkang teronggok begitu saja setelah sempat diuji coba pada Agustus lalu.

Konsep bus ini sempat viral karena bentuknya yang tak biasa. Straddling bus atau bus "ngangkang" di China ini memiliki ukuran jumbo dan dapat mengangkut 1.400 penumpang atau setara dengan kapasitas 40 bus konvensional.

Bus tersebut didesain berjalan di atas rel khusus dengan rongga di tengahnya. Rongga tersebut bisa dilalui oleh mobil namun tidak bisa dilewati truk.

Bus ini dirancang bertenaga listrik serta memiliki panjang 22 meter, lebar 7,8 meter, dan tinggi 4,8 meter.

Namun ternyata bus ini hanya memiliki rongga dengan tinggi 2,1 meter saja. Jarak ini tentu terlalu rendah untuk beberapa jenis SUV, truk, dan van.

Baca juga: LRT Jakarta Terima Rekomendasi Uji Coba dari Kemenhub

Masalah lainnya bus ini terlalu tinggi dan terlalu berat, serta memiliki jarak pandang dan sinyal yang buruk.

Pada Juli 2017, pemerintah China mengadakan investigasi terhadap perusahaan bus terkait tudingan pengumpulan dana ilegal melaui platform finansial daring yang diciptakan Bai Zhimming.

Platform ini mengaku telah mengumpulkan dana hingga 19 juta dollar AS hingga akhir 2016. Bus ini seharusnya menjalani uji coba di Beidahe.

Bahkan pemerintah kota Qinhuangdao, yang juga mengelola Beidahe sudah meneken nota kesepahaman dengan perusahaan bus dan menginvestasikan uang sebesar 1,5 miliar dollar AS.

Namun uji coba perdana bus ini dibatalkan dan sekaligus merupakan langkah pemerintah untuk menghentikan proyek ini.

Nelson Mandela Bus Project, Afrika Selatan

Nelson Mandela Bus Project - Afrika Selatancalleam.com Nelson Mandela Bus Project - Afrika Selatan
Pembelian 60 bus pada tahun 2009 ini awalnya merupakan bagian dari program untuk menyegarkan kembali jaringan transportasi publik di Kota Port Elizabeth, Afrika Selatan.

Armada ini digunakan sebagai salah satu sistem transportasi dalam gelaran Piala Dunia di Afrika Selatan pada tahun 2010. Namun sayang, setelah gelaran berakhir, bus-bus ini hanya diparkir dan tidak dioperasikan lagi.

Salah satu penyebab berhenti beroperasinya bus ini karena kesalahan desain jalur bus, sehingga mengakibatkan jalur bus yang digunakan tidak praktis.

Kesalahan desain ini mencangkup keberadaan zebra cross yang malah menghalangi arus lalu lintas dan dapat membahayakan pengguna jalan.

Kesalahan juga terdapat pada saat pembelian bus yang tidak sesuai spesifikasi. Dengan ukuran yang lebih besar dibanding lebar jalur yang disediakan. Tak berhenti disitu, pintu penurunan penumpang juga berada di jalur yang salah.

Media setempat memberitakan sepanjang tahun 2008 hingga 2013, proyek pengadaan bus senilai 130 juta dollar AS ini telah berpindah tangan sebanyak lima kali.

Pergantian ini semakin memperpanjang masalah karena pengambilan kebijakan ditata ulang setiap kali proyek berpindah pengelolaan.

Kini setelah delapan tahun berlalu, bus ini masih disimpan dan tidak lagi dioperasikan. Akhirnya, pembelian bus tersebut dianggap sebagai salah satu proyek gagal oleh masyarakat setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau