Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Wapauwe, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Maluku

Kompas.com - 22/08/2018, 21:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dibandingkan dengan Masjid Demak yang dianggap merupakan pusat penyebaran Islam di Jawa, Masjid Wapauwe memiliki usia lebih tua. Dibangun pada tahun 1414, masjid ini menjadi saksi penyebaran Islam di tanah Maluku.

Awalnya, sekitar tahun 1400, Perdana Jamillu dari Kesultanan Jailolo di Moloku Kie Raha (kini Maluku Utara), datang ke Tanah Hitu atau Leihitu untuk menyiarkan agama Islam pada masyarakat di lima perkampungan di Pegunungan Wawane.

Baca juga: Masjid Angke, Dirancang Arsitek China dan Dibangun Orang Bali

Kelima perkampungan itu adalah kampung Assen, Wawane, Atetu, Tehalla, dan Nukuhaly. Perdana Jamillu bersama orang kaya Alahahulu kemudian membangun masjid di lereng Gunung Wawane.

Dua kali berpindah lokasi

Harian Kompas, 28 September 2007 mencatat, pada tahun 1614 masjid dipindahkan ke Negeri Tehala untuk menghindari tekanan Belanda. Lokasi ini berjarak enam kilometer ke arah timur Wawane.

Di lokasi baru ini, masjid didirikan di sebuah dataran yang banyak ditumbuhi pohon mangga, atau dalam bahasa setempat disebut wapauwe. Nama inilah yang kemudian mengilhami pemberian nama masjid.

Setelah Perang Wawane dan Perang Kapaha, Belanda yang berhasil menguasai Tanah Hitu pun memakasa masyarakat yang tinggal di gunung untuk turun ke pesisir. Hal ini dilakukan agar memudahkan pengawasan.

Dengan adanya aturan ini, Masjid Wapauwe pun juga ikut dipindah ke lokasi saat ini (Kaitetu). Pemindahan masjid yang terjadi pada tahun 1664 tersebut dikenal sebagai tahun berdirinya Negeri Kaitetu.

Dibangun pada tahun 1414, masjid ini menjadi saksi penyebaran Islam di tanah Maluku.
EDY DANU PUSPITO Dibangun pada tahun 1414, masjid ini menjadi saksi penyebaran Islam di tanah Maluku.
Arsitektur masjid

Masjid ini dibangun dari material kayu, dengan luas yang hanya 10 x 10 meter. Salah satu ciri khas yang ada di masjid ini adalah penggunaan gaba-gaba atau pelepah sagu dan rumbia sebagai atapnya.

Dinding masjid terbuat dari papan dan batang daun sagu. Bagian utama ditopang oleh empat tiang, sedangkan sekeliling dindingnya ditopang dengan 12 buah tiang.

Struktur bangunan juga unik. Apabila dilihat dari samping, maka bangunan akan terlihat miring. Kemiringan ini tampak pada bagian kubah yang tidak simetris dengan bentuk masjid.

Interior masjid dipenuhi ukiran kaligrafi. Di sudut timur dan barat atap terdapat ukiran kaligrafi yang berbunyi 'Allah-Muhammad', sedangkan di sebelah utara dan selatan terdapat kaligrafi berbunyi 'Muhammad'.

Masjid ini tidak menggunakan paku. Setiap bagian disambung dengan cara memasukkan ujung kayu lain ke bagian kayu lainnya.

Di dalam masjid masih tersimpan musyaf Alquran yang selesai ditulis pada ahun 1550. Alquran ini ditulis oleh imam Muhammad Arikulapessy, menggunakan tinta campuran getah pohon dan pena urat enau.

Selain Alquran, tempat ini juga menyimpan timbangan zakat fitrah dari kayu dengan pemberat yang terbuat dari kerang laut.

Ada pula anak timbangan dengan berat 2,5 kilogram yang terbuat dari campuran batu dan kapur. Satu anak timbangan ini sama dengan satu zakat di masa lampau.

Umumnya, masyarakat zaman dulu akan membayarkan zakat meeka dengan hasil bumi seperti sagu maupun rempah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumbawa: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumbawa: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bima: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bima: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gianyar: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Gianyar: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jembrana: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jembrana: Pilihan Ekonomis

Perumahan
[POPULER PROPERTI] Perbandingan Rata Atap Baja Ringan dengan Kayu

[POPULER PROPERTI] Perbandingan Rata Atap Baja Ringan dengan Kayu

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tabanan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Tabanan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Andalkan Diskon Pajak, Intiland Gelar Pameran 21 Proyek

Andalkan Diskon Pajak, Intiland Gelar Pameran 21 Proyek

Hunian
Pentingnya Menjaga Tandon Air Tetap Sejuk Saat Musim Kemarau

Pentingnya Menjaga Tandon Air Tetap Sejuk Saat Musim Kemarau

Umum
'Full' Elektronik, Bali Tak Lagi Terbitkan Sertifikat Tanah Model Jadul

"Full" Elektronik, Bali Tak Lagi Terbitkan Sertifikat Tanah Model Jadul

Berita
79 Pelaku Industri Properti Jadi yang Terbaik versi Duo Awards

79 Pelaku Industri Properti Jadi yang Terbaik versi Duo Awards

Berita
Selangkah Lagi, Bali Jadi Pulau Lengkap

Selangkah Lagi, Bali Jadi Pulau Lengkap

Berita
Pemerintah Dapat Pinjaman dari Bank Dunia, Tuntaskan Sertifikasi Tanah

Pemerintah Dapat Pinjaman dari Bank Dunia, Tuntaskan Sertifikasi Tanah

Berita
Genjot Realisasi KPR Non Subsidi, BTN Resmikan 3 Sales Center Baru

Genjot Realisasi KPR Non Subsidi, BTN Resmikan 3 Sales Center Baru

Hunian
Raih Penghargaan, Perumahan Subsidi di Serang Ini Dinilai Punya Kualitas Terbaik

Raih Penghargaan, Perumahan Subsidi di Serang Ini Dinilai Punya Kualitas Terbaik

Perumahan
Terima Kontrak Kedua NICE PIK 2, WSBP Tuntas Memasok 21.948 Spun Pile

Terima Kontrak Kedua NICE PIK 2, WSBP Tuntas Memasok 21.948 Spun Pile

Konstruksi
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com