KOMPAS.com - Studio arsitektur Singapura, Formwerkz Architects, membuat desain masjid tradisional dengan menciptakan permukaan bermotif dan berbentuk seperti cetakan.
Masjid itu bernama Al-Islah. Lokasinya berada di Punggol, sebuah lingkungan padat penduduk di timur laut Singapura.
Daerah ini sedang mengalami perkembangan yang signifikan, antara lain dengan hadirnya Singapore Institute of Technology yang membuat kampus baru di sana.
Di sekitarnya, dibangun pula perumahan bertingkat untuk mengakomodasi populasi yang kian meningkat.
Masjid Al-Islah dibagi menjadi tiga area, yaitu ruang shalat, pusat pendidikan Islam, dan ruang administrasi.
Ketiga area itu dihubungkan dengan teras yang ditinggikan dan berlanskap terbuka yang disediakan untuk umum.
"Pembangunan masjid ini ditujukan untuk menjadi contoh keterbukaan, mencerminkan aspirasi Islam kontemporer di Singapura," kata arsitek Alan Tay, seperti dipublikasikan Dezeen.com.
Namun, niat itu memiliki tantangan tersendiri mengingat lokasinya yang berdekatan dengan permukiman penduduk.
Posisi bangunan yang memiliki koneksi langsung ke lingkungan sekitarnya dan pembatasan yang tidak begitu jelas menimbulkan masalah mengenai kesucian tempat ibadah itu.
Fasad di atas ruang shalat berupa dinding yang berkisi-kisi dan terdapat kubah.
Hal itu dimaksudkan untuk menciptakan rasa keterbukaan, selain juga sebagai ventilasi dan pencahayaan alami untuk ruang di dalamnya.
Struktur beton bertulang dilapisi dengan cat bertekstur warna pasir.
Untuk elemen seperti kubah, pintu melengkung, dan menara berbentuk ramping dipilih menggunakan warna cat abu-abu gelap.
Alan Tay menambahkan, pola dasar dan lengkungan layaknya bangunan di negara-negara Arab menjadi pengaruh sebagai bentuk Islam tradisional.
"Lengkungan itu dirancang untuk memungkinkan bentangan yang lebih luas di ruang shalat dan penopang di serambi pintu masuk utama," ujarnya.
Masjid seluas 3.700 meter persegi itu bisa menampung hingga 4.500 jemaah, dengan area ibadah hingga tempat parkir bawah tanah yang dirancang untuk bisa digunakan sebagai perluasan ruang shalat.
Ruang shalat pun memiliki sisi terbuka yang memungkinkan jemaah untuk dialihkan ke ruang terdekatnya jika jumlah jemaah semakin banyak.
Area ini dilindungi dengan kanopi besar jika terjadi cuaca buruk.
"Pada waktu tertentu, sebagian besar ruang di masjid ini digunakan untuk sembahnyang, kecuali kamar mandi, ruang admin, dan ruang pelayanan," tutur Tay.
Bahkan koridor, ruang kelas, teras atap, dan area parkir bawah tanah pun digunakan sebagai area shalat.
Menurut dia, dengan tidak adanya dinding pembatas dan penutup yang minim, ruang ibadah bisa dilihat dan diakses dari semua sisi sehingga mengurangi batas antara masjid dan jalan," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.