JAKARTA, KOMPAS.com - Ketika membangun rumah atau gedung tentu hal pertama yang harus diperhatikan adalah faktor keamanan bangunan tersebut.
Begitu pula dengan membangun rumah menggunakan bahan kontainer. Tren penggunaan kontainer untuk bangunan sudah lama muncul. Semula peti kemas atau kontainer digunakan sebagai tempat kerja sementara di proyek atau kerja lapangan.
Kontainer juga mudah dibentuk sesuai kebutuhan. Namun dengan maraknya bangunan berbahan dasar kontainer, mulai timbul pertanyaan apakah peti kemas aman digunakan sebagai rumah tinggal.
Menurut Director of Marketing PT Nebil Wong Group atau RumahKontainers.com Nabil Yusuf, rumah atau bangunan berbahan kontainer aman sebagai hunian tempat tinggal.
Kontainer memang memiliki kelebihan pada struktur penopangnya yang dirancang kuat untuk membawa barang dengan ukuran jumbo. Peti pengiriman ini juga sudah dikonstruksikan untuk dipasang secara bertumpuk.
“Kontainer memiliki kelebihan di strukturnya, kalau di kargo bisa ditumpuk sampai 12 lantai. Satu kontainer menahan berat 3 ton, kalau 12 tumpuk berarti bisa menahan berat 36 ton,” tutur Nabil kepada Kompas.com, Sabtu (4/8/2018).
Bahkan, bangunan berbahan peti kemas tahan terhadap guncangan atau keretakan akibat gempa.
“Aman. Malah anti retak dan gempa. Untuk guncangan gempa lebih kuat, kalau bangunan tradisional kan retak dan roboh, kalau ini cuma bergoyang aja, bangunan juga lebih terjaga karena tidak retak,” kata Nabil.
Pemilik rumah kontainer juga tak perlu khawatir bangunannya akan bocor atau dimakan rayap. Bahkan jika dirawat dengan baik, kontainer bisa bertahan hingga 50 tahun.
Nabil mengungkapkan, bangunan dengan kontainer hanya cukup dicat ulang tiap lima tahun sekali.
Mudah dimodifikasi
Pemilihan kontainer sebagai bahan pembangunan rumah juga tak lepas dari pola hidup masyarakat yang mulai menggemari gaya hidup praktis.
Rumah kontainer juga mudah untuk dimodifikasi, bahkan pemilik tidak harus merobohkan bangunan utama jika ingin menambah ruangan.
Menurut Nabil, untuk merenovasi bangunan konvensional, terkadang struktur utama harus dirobohkan. Berbeda dengan rumah kontainer yang hanya memerlukan penambahan struktur di beberapa bagian tanpa harus merobohkan bangunan.
“Kalau rumah kontainer tinggal disambung, dipotong dan ditambahi samping kemudian tinggal dilas,” ucap Nabil.
Keuntungan lainnya adalah, bangunan dari peti kemas ini mudah untuk dipindah.
“Hemat, praktis, harga terjangkau. Area tanah yang sempit pakai kontainer bisa kita tumpuk, udah jadi,”
Tantangan
Untuk itu, bangunan kontainer harus ditambah dengan insulasi untuk mengurangi efek tersebut.
Nabil mengemukakan, bangunan kontainer bisa diberi tambahan lapisan glaswool.
Selain sebagai material untuk meredam suara, glaswool juga memiliki kemampuan untuk meredam panas dari luar.
“Baru dikasih pelapis gipsum, plywood, atau melamin sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dikasih wallpaper yang tinggal tempel,” tutur Nabil.
Tantangan lainnya adalah jalan di depan rumah harus cukup lebar untuk mengangkut dan memasang kontainer di lahan yang disediakan.
Ukuran juga tidak bisa sembarangan. Pada dasarnya peti kemas memiliki tiga ukuran yaitu 20 feet, 40 feet, dan high cube. Sehingga luas bangunan sebisa mungkin menyesuaikan besar kontainer yang digunakan.
Kontainer 20 feet memiliki panjang 6 meter, lebar 2,4 meter, dan tinggi 2,4 meter. Untuk ukuran 40 feet mempunyai panjang 12 meter, lebar 2,4 meter, dan tinggi mencapai 2,6 meter.
Sementara peti kemas high cube atau 45 feet memiliki panjang 13,7 meter, lebar 2,4 meter, dan tinggi 2,9 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.