KOMPAS.com - Material penutup lantai kini makin beragam, mulai dari keramik, semen, marmer hingga kayu. Di Indonesia keramik dan tegel semen merupakan bahan yang populer dan lazim digunakan di rumah atau perkantoran.
Tegel yang terbuat dari bahan semen dan keramik digunakan sebagai bahan alternatif pelapis rumah yang murah.
Pada waktu itu rumah-rumah pedesaan di Indonesia sebagian besar masih berlantai tanah. Tentunya lantai yang langsung menyentuh tanah tidak mudah dibersihkan serta jauh dari layak karena lantai yang cenderung lembab.
Agar kesehatan penghuninya terjaga, praktis pada waktu itu masyarakat melapisi lantai dengan semen atau tegel.
Namun, karena harga tegel semen yang terlampau mahal, maka digunakan bahan alternatif lain yang lebih murah dan banyak ditemukan yaitu keramik.
Mulai populer sejak 70-an
Harian Kompas, 8 Februari 1975 menyebutkan, keramik merupakan bahan pengganti yang dinilai lebih murah dibanding dengan lantai tegel semen. Bahan ini juga digunakan sebagai pengganti tegel semen karena harganya yang lebih murah.
Tegel yang terbuat dari bahan keramik sendiri baru populer pada dekade 70-an. Namun penggunanaannya sendiri sudah lebih lama dari itu, yakni saat Perang Dunia II.
Di Indonesia, tegel keramik yang populer adalah tegel gerobah atau erthenware dan bukan stoneware atau porselin.
Pada waktu itu tegel keramik dibagi menjadi dua yakni tegel bermutu rendah dan bermutu tinggi.
Tegel keramik bermutu rendah, adalah tegel yang pembuatannya tanpa pres dan dibakar di dalam tungku bersuhu rendah.
Sedangkan tegel dengan mutu tinggi merupakan tegel yang proses pembuatannya dengan cara pres serta dibakar dengan tungku bertekanan tinggi.
Sementara tegel semen dengan mutu rendah bernilai Rp 200, Angka ini jauh bila dibandingkan dengan tegel bermutu tinggi yang dihargai Rp 750.
Bahkan biaya pemasangan tegel keramik sendiri hanya seperempat harga dibanding dengan pemasangan tegel semen.