Di Indonesia, arsitektur Neogotik dibawa oleh arsitek belanda generasi CPW Schoemaker serta H Maclaine Pont pada tahun 1920-an.
Arsitek tersebut banyak membangun berbagai bangunan yang kini jadi monumen di kota-kota besar seperti Batavia, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Disebut Neogotik, karena model ini menyeruapai arsitektur Gotik di Eropa. Pada arsitektur Gotik yang asli, langit-langit bangunan dibuat dari batu alam dan merupakan kesatuan konstruksi sebagai penyangga atap.
Dengan banyaknya keterbatasan, bangunan Neogotik di Hindia pada waktu itu cenderung dibuat lebih simpel dan efisien.
Secara garis besar hanya bentuk dasar bangunan saja yang diambil. Penggunaan menara, meski tidak semuanya fungsional tetap dipertahankan.
Bahan bangunan sudah menggunakan material beton bertulang, yang memungkinkan bangunan yang lebih ramping dan tanpa risiko tekuk.
Selain itu penggunaan relief yang yang rumit juga dihilangkan, dan diganti dengan permainan molding. Penonjolan pada dinding bangunan juga digunakan utnuk memperoleh efek bangunan yang sesuai dengan pergerakan matahari.
Bangunan Neogotik di Indonesia juga dibuat menyesuaikan iklim tropis, dengan menambahkan tali aiar yang tidak terdapat pada bangunan Gotik asli.
Ciri bangunan Gotik masih dipertahankan dengan penggunaan kaca patri pada jendela bangunan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan