Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaliningrad, Satu-satunya Stadion Rusia Bermaterikan Baja Pracetak

Kompas.com - 30/06/2018, 11:19 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim nasional Inggris harus mengakui keunggulan Timnas Belgia 0-1 pada laga terakhir penyisihan Grup G Piala Dunia 2018 di Stadion Kaliningrad, Kamis (28/6/2018) atau Jumat dini hari WIB.

Dengan hasil ini, Timnas Belgia berhasil lolos ke babak 16 besar sebagai juara grup dengan catatan poin sempurna, 9.

Berbicara tentang Stadion Kaliningrad yang menjadi saksi kekalahan Inggris, stadion ini termasuk satu dari enam 'termuda' di Rusia yang menjadi lokasi pertandingan Piala Dunia.

Baca juga: Kazan Arena, Saksi Bisu Kekalahan Jerman di Piala Dunia 2018

Disebut termuda lantaran pekerjaan konstruksi stadion tersebut baru selesai sekitar Maret-April 2018. Dilansir dari StadiumDB, lima stadion lainnya yaitu Volgograd Arena, Rostov Arena, Nizhny Novgorod Stadium, Samara Arena, dan Mordovia Arena.

Dibangun di Pulau Oktober (Oktyabrsky Ostrov), pekerjaan stadion ini memakan waktu 30 bulan yaitu sejak 11 September 2015 hingga 23 Maret 2018.

Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun stadion yang menjadi markas bagi FK Baltika Kaliningrad ini senilai 18,5 miliar Rubel atau setara dengan Rp 4,2 triliun dengan nilai kurs Rp 227,36 per 1 Rubel.

Stadion yang dirancang Crocus Group ini memiliki kapasitas 33.973 penonton.

Semula, konsep desain stadion ini diserahkan kepada Mostovik pada 2012. Saat itu, desain stadion ini bahkan sempat menjuarai ajang rancang bangun yang dihelat Willmotte & Associes.

Stadion KaliningradStadiumDB.com Stadion Kaliningrad
Namun, pada 2013, Mostovik tutup sehingga memperburuk rencana eksekusi pembangunan stadion. Kondisi tersebut diperburuk dengan krisis ekonomi yang melanda Rusia pada 2014.

Pemerintah Rusia kemudian meminta otoritas Kaliningrad untuk mengubah lokasi pembangunan stadion. Otoritas kemudian memilih Pulau Oktober.

Kontrak pekerjaan untuk desain dan konstruksi akhirnya diserahkan kepada Crocus Group. Untuk mempercepat pembangunan dan mengantisipasi pelemahan nilai tukar Rubel saat itu, FIFA akhirnya menyetujui kapasitas stadion diturunkan dari 45.000 menjadi 35.000.

Pada 2015, stadion ini menjadi satu-satunya di Rusia yang dibangun hampir seluruhnya menggunakan baja prefabrikasi.

Pada September 2015, Crocus Group mulai mengatasi lahan basah di lokasi stadion dibangun dengan memperkuatnya.

Namun, upaya tersebut masih gagal untuk memenuhi tenggat waktu yang diberikan agar stadion ini rampung pada Desember 2017.

Desain pun kembali disederhanakan sehingga memangkas jumlah kursi penonton yang dapat ditampung. Hal ini juga menjadikan stadion ini sebagai stadion terkecil kedua di Rusia setelah Yekatenriburg.

Secara estetika, tidak ada yang tersisa dari desain render yang mengesankan Willmotte dan Mostovik. Crocus memiliki visi konservatif dalam membangun stadion ini. Akhirnya, pada Maret 2018, izin penggunaan stadion tersebut keluar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau