Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Keunikan Arsitektur Asiria 2000 Tahun Lalu

Kompas.com - 28/06/2018, 13:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Asur, Asiria, atau Assyria merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Sungai Tigris, Mesopotamia, dan Irak. Wilayahnya kini tersebar di beberapa bagian di Irak, Timur Laut Suriah, sebelah Tenggara Turki, dan wilayah Barat Laut Iran.

Dalam membuat bangunan terutama tempat tinggal, masyarakat Asiria memiliki ciri khas tersendiri. Hingga kini beberapa ciri seni arsitektur Asiria masih bisa ditemukan di bekas daerah kekuasaannya.

Sejarah Singkat Arsitektur Asiria

Dalam membuat seni bangunan, bentuk rumah tertua adalah rumah perapian. Rumah ini merupakan suatu ruangan yang memanjang dengan pintu masuk terletak pada salah satu ujung dindingnya. Perapian di rumah in terletak di belakang, dekat dengan ujung dinding lainnya.

Seperti diberitakan Harian Kompas, 6 April 1972, bentuk ruangan ini, pada zamannya, digunakan dalam bangunan kuil. Namun fungsi perapian digantikan dengan relung. Relung merupakan tempat suci yang letaknya agak ditinggikan.

Kemudian pada masa Asiria Tengah (1450-1000 SM), ruangan kuil tersebut dibuat dengan bentuk memanjang pula. Perbedaannya ada pada pintu masuk yang terletak agak ke dalam.

Pada masa ini, pintu masuk dibagi menjadi dua, yakni pintu yang terletak pada ujung dinding ruangan dan pintu yang terletak setelah pintu pertama.

Ruangan yang ada diantara pintu pertama dan kedua disebut portjco. Ruangan ini merupakan beranda tertutup yang hanya memiliki satu jalan masuk dan langsung menuju ke pintu ruangan utama saja.

Pada masa Asiria Muda, sekitar tahun 1000-720 SM, seni bangunan Asiria berkembang pesat. Ruangan rumah perapian sudah tidak digunakan lagi.

Sedangkan pada masa Asiria Akhir (720-612 SM), seni arsitektur Asiria sudah dipengaruhi oleh Babilonia. Pada tahun-tahun inilah Asiria memasuki masa pembangunan besar-besaran.

Seni Arsitektur Asiria Kuno

Bangunan di masa Asiria, identik dengan pelataran besar. Bentuk atap setiap gedung biasanya datar dengan tiang-tiang yang hanya digunakan sebagai perhiasan.

Konstruksinya sendiri cenderung simpel. Keseluruhan bangunan Asiria kuno terbuat dari bahan dasar tanah liat dengan lapisan batu pualam, bata merah, atau ubin.

Atap bangunan ditutup dengan tanah yang sudah dicetak, terkadang beberapa atap bangunan dilapisi dengan ubin atau lembaran pualam hingga membentuk teras.

Sebelah kanan dan kiri pintu masuk ditempatkan patung penjaga dengan ukuran besar yang terbuat dari batu alam (monolith). Tiang-tiang hanya digunakan sebagai pemanis bangunan. Patung-patung tersebut berbentuk singa atau banteng berkepala manusia, mirip seperti Sphinx di Mesir.

Tak ada seni arsitektur yang konsisten dengan bangunan tanpa jendela seperti Asiria. Masyarakat daerah ini membuat bangunan besar dan tinggi dengan dinding tanpa ada satu pun jendela.

Untuk cahaya, mereka memanfaatkan celah-celah kecil yang terletak di bawah atap. Selain itu, masyarakat Asiria juga tergantung pada sinar buatan dan cahaya yang datang melalui celah pintu yang terbuka.

Desain bangunan tak berjendela ini masih bisa ditemukan pada rumah-rumah masyarakat Mosul. Saat musim panas, masyarakat Mosul berlindung dari panas terik di bangunan tak berjendela yang hanya dihiasi oleh cahaya lampu.

Lukisan relief dalam interior Asiria

Interior bangunan dihias dengan relief. Relief tersebut biasanya menceritakan tentang kehidupan raja yang diiring oleh malaikat penjaga, pemujaan terhadap pohon suci, hingga lukisan pertempuran.

Ruang tidur juga dihias dengan lukisan berwarna hitam, merah, dan biru dengan latar belakang berwarna merah muda.

Uniknya gambar orang dalam relief Asiria hanya dapat dilihat dari samping saja. Gambar manusia selalu dillukiskan dengan pakaian lengkap.

Selain itu relief dalam lukisan Asiria memperlihatkan bagian anatomi yang sangat ditonjolkan dibandingkan dengan relief Mesir.

Pada masa ini meski lukisan relief ala Asiria dibuat dengan luar biasa, namun arca dibuat dengan sederhana. Biasanya hanya melukiskan dewa dan raja-raja dengan pakaian lengkap.

Untuk ornamen sendiri, orang Asiria lebih suka dengan efek garis besar warna hitam. Mereka pandai memainkan pola-pola geometris untuk hiasan dinding selain lukisan relief. Ornamen ini sangat terikat dengan kebiasaan dan kebudayaan masyarakat setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com