KUTOARJO, KOMPAS.com — Lima hari jelang Idul Fitri 2018, sejumlah pihak menilai perhelatan mudik berjalan cukup bagus dan relatif lancar.
Bahkan, Djoko Saputro, pemudik yang melakukan perjalanan pulang kampung dari Jakarta melalui Cikarang ke Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, hanya membutuhkan waktu efektif 6 jam.
Djoko yang bekerja di PT Air Products Indonesia memulai perjalanan pada pukul 09.00 WIB pagi tanggal 8 Juni 2018. Sampai di Delanggu pada pukul 17.00 WIB petang.
Baca juga: Temuan Perjalanan Mudik Tim Merapah Trans-Jawa
"Saya berhenti dua kali, masing-masing 1 jam untuk beristirahat di rest area Cirebon dan Ungaran. Jadi, perjalanan efektif ditempuh hanya 6 jam," tutur Djoko kepada Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com, Minggu (10/6/2018) malam.
Selain itu, rest area di banyak titik dan petugas yang siap siaga memberikan arahan dengan baik turut membantu lancarnya perjalanan mudik.
"Mungkin yang masih menjadi kendala adalah belum rampungnya Jembatan Kalikuto di ruas Batang-Semarang, dan Jembatan kali Kenteng yang potensial menimbulkan kemacetan," tutur Djoko.
Penilaian positif juga dikemukakan Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas.
Dia mengatakan, tahun ini tidak terdapat kejadian minor signifikan seperti periode yang sama tahun 2017 lalu.
Menurut dia, ada tiga faktor yang memungkinkan perjalanan mudik kali ini lebih baik. Pertama, hari libur nasional lebih panjang yang dimulai sejak 11 Juni hingga 19 Juni 2018.
"Aparatur sipil negara (ASN) libur lebih awal dan mendapatkan tunjangan hari raya (THR). Sementara pegawai swasta dan entrepreneur akan mengambil cuti mulai tanggal 13-14 Juni," sambung Darmaningtyas.
Pergeseran perilaku mudik ini, kata dia, berkontribusi terhadap penurunan volume kendaraan yang melintasi Trans-Jawa baik jalan tol maupun non-tol.
Tidak terdapat kemacetan atau antrean kendaraan hingga belasan kilometer seperti tahun-tahun sebelumnya.
Darmaningtyas mengaku sudah memberikan saran kepada pemerintah dan pengelola tol PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN) agar tidak membuka ruas ini kendatipun bersifat fungsional.
"Karena akan sangat berisiko, secara faktual ruas ini masih darurat. Bukan fungsional," ujar dia.
Faktor kedua adalah minimnya kecelakaan lalu lintas yang sejatinya lebih disebabkan oleh kelalaian pengemudi.
Faktor ketiga, lanjut Darmaningtyas, adalah mulusnya ruas-ruas di beberapa jalan fungsional, seperti Solo-Ngawi sepanjang 90 kilometer, Ngawi-Kertosono sepanjang 87,02 kilometer, dan Gempol-Pasuruan sepanjang 34,15 kilometer.
"Yang kami nilai masih minus hanya ruas Salatiga-Kartasura yang merupakan bagian dari tol fungsional Semarang-Solo," ucap Darmaningtyas.
Dia memprediksi puncak arus mudik tahun ini akan terjadi pada tanggal 13 dan 14 Juni saat pegawai swasta dan entrepreuneur mengambil cuti Lebaran.
Pada saat itu juga, Darmaningtyas menyakini, tidak akan terjadi penumpukan kendaraan signifikan di beberapa ruas tol baik yang sudah operasional maupun fungsional.
Konsentrasi jumlah pemudik sudah terpecah-pecah begitu sampai Pekalongan, Batang, dan Semarang. Yang patut diwaspadai dan diantisipasi dengan matang justru saat arus balik.
"Masyarakat tidak tahu kapan terjadi puncak arus balik. Ini yang harus ditangani dengan komprehensif," tuntas Darmaningtyas.
Saksikan video reportase perjalanan mudik Tim Merapah Trans-Jawa berikut ini: