JAKARTA, KOMPAS.com - Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri telah menetapkan dua target untuk mengamankan jalannya arus mudik dan balik selama musim libur Lebaran pada tahun 2018 ini.
Target pertama yaitu kelancaran yang lebih baik, sedangkan target kedua yaitu keselamatan yang lebih terjamin.
Untuk mencapai target itu, Korlantas sudah membuat rencana tersendiri, baik untuk antisipasi maupun solusi, serta menjalin kerja sama dengan instansi terkait.
Baca juga: Ini Antisipasi Korlantas Tekan Angka Kecelakaan Saat Mudik
Menurut keterangan Kepala Korlantas Polri Irjen Pol Royke Lumowa, ada 13 instansi yang terlibat dalam pengamanan arus mudik dan balik pada tahun ini, dan pengendaliannya dilakukan secara terpusat.
Ke-13 instansi tersebut yaitu Polri, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, BPJT, Jasa Marga, BNPB, pemerintah daerah, TNI, PT KAI, Pertamina, Basarnas, Jasa Raharja, dan Kementerian Kesehatan. Semuanya memiliki tugas masing-masing.
Keterlibatan sejumlah instansi itu merupakan salah satu dari tujuh langkah yang dilakukan Korlantas Polri, yaitu keterpaduan antar-instansi secara eksternal dan internal.
Secara eksternal maksudnya antar-lembaga dan instansi, sedangkan secara internal artinya antar-polda dan polres.
“Langkah pertama yaitu keterpaduan antarinstansi, minimal 13 stakeholder terlibat dalam arus mudik, secara eksternal dan internal. Misalnya di Polri, baik tingkat polda maupun polres,” ucap Royke Lumowa di Jakarta, seperti dilansir Kompas.com, Jumat (4/5/2018).
Langkah kedua yaitu infrastruktur transportasi darat yang bebas dari hambatan berupa pengerjaan jalan dan jembatan, serta bottle neck.
Selanjutnya, langkah ketiga yaitu penanganan kemacetan yang lebih responsif. Petugas harus mengetahui lebih awal tentang kepadatan arus di ruas tertentu dan bagaimana penyalurannya.
“Kemacetan harus bisa diramal kira-kira di mana dan kapan akan terjadi. Cuaca saja bisa diramal, kemacetan juga harus bisa diramal,” kata Royke.
Maka dari itu, ujarnya, Korlantas akan dibantu PT Jasa Marga (Persero) untuk memperhitungkan di mana saja lokasi kemacetan.
Ada sejumlah skenario yang disiapkan jika terjadi kepadatan di ruas jalan tertentu, baik jalan tol maupun non-tol. Skenario itu mulai dari pengalihan arus, contraflow, hingga oneway.
Selanjutnya, langkah keempat yakni penyebaran informasi mudik yang lebih sporadis. Nantinya akan ada aplikasi mudik kepada masyarakat, pemberitaan di media massa, dan informasi jalan. Informasi itu antara lain berupa kemacetan di jalan, alternatif jalan, dan rest area.
“Langkah kelima yakni melipatgandakan angkutan massal secara lebih maksimal dibanding angkutan pribadi, baik di darat, laut, maupun udara. Misalnya mudik bareng, kapal laut, dan kereta api,” terang Royke.
Kemudian, langkah keenam yaitu ketersediaan tempat istirahat dengan berbagai fasilitas, berupa mushala, rumah makan, sarana pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan toilet.
Tahun lalu, tambahnya, ada sejumlah tempat istirahat yang kelebihan kapasitas, contohnya terjadi antrean panjang di toilet dan kehabisan bahan bakar minyak di SPBU.
“Langkah ketujuh yaitu manajemen traffic, akan dibagi tiga wilayah pengendalian. Setiap wilayah akan dipimpin jenderal bintang 1 dan bawahannya untuk bersinergi dengan wilayah terkait,” papar Royke.
Manajemen traffic yang diterapkan berupa contraflow, pengalihan arus, gate management, dan oneway.
Adapun3 wilayah pengendalian tersebut yaitu Merak-Tasik, Dawuan-Pejagan-DIY, dan Pejagan-Surabaya.