LONDON, KOMPAS.com - Peritel pakaian Inggris, Marks and Spencer, mengumumkan penutupan sporadis toko-tokonya. Mereka kini mulai memikirkan cara keluar dari badai kelesuan ritel.
Kelamnya bisnis ritel Negeri Pangeran Harry seolah tak berujung. Peritel legendaris sekelas Marks and Spencer pun kehilangan daya pikatnya.
Diwartakan BBC, Selasa (22/5/2018), Marks and Spencer mesti merelakan 100 gerainya gulung tikar. Penutupan 100 toko itu rencananya dilakukan mulai saat ini hingga 2022 mendatang.
Baca juga: Marks and Spencer Tutup Pusat Distribusi di London
Dari 100 toko, setidaknya 20 cabang sudah stop beroperasi. Sementara 14 toko lainnya menyusul tutup dalam waktu dekat.
Menyusul ambruknya gerai konvensional, Marks and Spencer berambisi memindahkan sepertiga bisnisnya ke sektor daring.
Ke depan, akan semakin sulit warga menemukan toko raksasa ala Marks and Spencer saat ini.
"Menutup toko tidaklah mudah, tetapi krusial untuk masa depan Marks and Spencer," ungkap Direktur Ritel Marks and Spencer Sacha Berendji.
Tumbangnya Marks and Spencer selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan warga Inggris. Peritel itu merupakan suatu barometer kondisi bisnis di sana.
Menjadi pertanyaan besar apakah masa depan Marks and Spencer masih merekah, seiring lenyapnya toko fisik mereka.
Namun, pengamat ritel Laith Khalaf masih menaruh optimisme atas Marks and Spencer.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.