Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Co-working Space" di Asia Lebih Pesat Ketimbang AS dan Eropa

Kompas.com - 16/05/2018, 19:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Konsep kantor berbagi atau co-working space dan juga serviced office kian berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di Asia Pasifik.

Menurut Jones Lang LaSalle (JLL) pertumbuhan kantor berbagi di kawasan ini lebih cepat dibandingkan tempat lainnya di dunia.

Hal ini dapat dilihat dari riset JLL yang menunjukkan bahwa pasokan co-working space dan serviced office tumbuh 35,7 persen per tahun.

Baca juga: Bisnis Rintisan Menjamur, Intiland Kembangkan Co-working Space

Pasokan tersebut lebih tinggi ketimbang pertumbuhan di di Amerika Serikat yang mencapai 25,7 persen, dan 21,6 persen di Eropa.

"Kami meneliti kantor berbagi di 12 pasar utama Asia Pasifik. Selama 2014 hingga 2017 pertumbuhannya 150 persen," kata Kepala Riset Solusi Korporasi JLL Asia Pasifik Susan Sutherland dalam keterangannya kepada Kompas.com, Rabu (16/5/2018).

JLL memprediksi pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut hingga 2030 mendatang. Saat itu, porsi kantor berbagi akan mengambil 30 persen dari properti komersial di seluruh dunia.

Ruang kerja bersama (co-working space) di Bangkok, Thailand Designboom Ruang kerja bersama (co-working space) di Bangkok, Thailand
Bahkan, Susan mengatakan kawasan Asia Pasifik akan menjadi titik panas bagi pertumbuhan co-working space dan serviced office. 

Pendorong utamanya adalah desakan pemerintah dalam kewiraswastaan yang mengimbangi pertumbuhan industri tradisional yang lambat seperti manufaktur.

"Selain itu, konsep ini juga menawarkan sumber daya keuangan dan dukungan untuk perusahaan kecil, banyak di antaranya mencari di ruang bergaya co-working," sambung Susan.

Baca juga: Bisnis Kantor Lesu, Co-Working Space Naik Daun

Di Singapura, misalnya. Pemerintah negara-kota itu telah mendukung pengembangan lokasi yang fleksibel seperti JTC LaunchPad, yang merupakan rumah bagi sejumlah perusahaan teknologi rintisan.

Demikian pula, pemerintah New South Wales yang mendukung pengembangan Sydney Startup Hub, sebuah zona teknologi seluas 17.000 meter persegi yang melayani para pengusaha rintisan.

Suasana ACMI X, sebuah co-working space atau ruang kerja di Melbourne, Victoria, Australia. Para pebisnis dan pelaku industri kreatif yang baru merintis start-up tak perlu mengeluarkan modal besar untuk menyewa kantor atau tempat kerja karena mereka bisa berbagi ruang kerja di tempat ini.KOMPAS.com/Caroline Damanik Suasana ACMI X, sebuah co-working space atau ruang kerja di Melbourne, Victoria, Australia. Para pebisnis dan pelaku industri kreatif yang baru merintis start-up tak perlu mengeluarkan modal besar untuk menyewa kantor atau tempat kerja karena mereka bisa berbagi ruang kerja di tempat ini.
Sementara itu reformasi yang diperkenalkan oleh pemerintah Jepang untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja dan produktivitas juga mendorong perusahaan domestik untuk mengeksplorasi cara kerja yang lebih fleksibel.

Laporan ini juga mengidentifikasi kesederhanaan plug-and-play sebagai faktor dalam pertumbuhan permintaan perusahaan, terutama untuk perusahaan besar.

Kemampuan untuk masuk-keluar kantor dalam waktu singkat, dan menghindari negosiasi kontrak yang rumit dan pekerjaan yang tidak menarik adalah pilihan yang nyaman bagi banyak penghuni.

Implikasi bagi investor real estate

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau