KOMPAS.com - Tol Soroja (Soreang-Pasirkoja) yang baru saja diresmikan beberapa bulan lalu punya cerita sendiri di belakangnya. Waktu tunggu yang cukup lama jadi sebabnya.
Pada 1996, tol ini mulai dibangun. Sayangnya, pembangunan harus mangkrak dengan waktu tunggu yang tak sebentar, yakni sekitar 21 tahun.
Tanpa sadar, waktu tunggu puluhan tahun turut menghilangkan kesempatan wilayah Bandung bagian selatan untuk dijamah wisatawan.
Dengan kata lain, peningkatan roda ekonomi dan kemajuan dari wilayah itu pun ikut-ikutan tertunda.
Keadaan berubah saat Senin (12/4/2017), Presiden RI Joko Widodo meresmikannya. Masa depan Bandung Selatan seakan tercerahkan.
“Ini tol yang sangat dinantikan masyarakat Kabupaten Bandung dan sekitarnya,” ujar Jokowi, dikutip Kompas.com.
Dengan diresmikannya Tol Soroja, sebuah pergeseran besar dimulai. Lewat tol tersebut, waktu tempuh berjam-jam dari kota Bandung—yang kini sudah padat—menuju selatan bisa dipangkas sampai jadi 12 menit saja.
Mengarah ke Selatan
Seperti yang sudah disinggung, keberadaan Tol Soroja seharusnya bisa jadi peluang untuk wilayah Bandung Selatan agar meningkat dan mendorong ekonominya.
Meskipun pembangunan pada Bandung bagian utara, timur, tengah, dan barat sudah lebih dulu, selatan juga punya potensi untuk menjadi unggulan selanjutnya.
Terlebih, kawasan Bandung Utara saat ini sudah difokuskan menjadi area konservasi. Sementara itu, untuk mengunjungi wilayah lainnya, wisatawan harus punya waktu lebih karena kepadatan arus kendaraan.
(Baca: Kunci Atasi Repotnya “Long Weekend” di Bandung)
Dengan data kunjungan 200.000 wisatawan tiap minggunya dan jarak tempuh singkat karena Tol Soroja, pelancong yang biasanya hanya ingin meluangkan waktu ke wilayah-wilayah Bandung yang lebih dulu maju itu akan lebih mudah untuk tergoda mampir dan jalan-jalan ke Bandung Selatan.
Untuk urusan pengembangan, Bandung Selatan memang belum punya profil selengkap kawasan lainnya.
Akan tetapi, Tol Soroja akan jadi pengaruh baru sehingga tak menutup kemungkinan Bandung bagian selatan bukan hanya mampu mengundang wisatawan, tetapi juga pengembang.
Apalagi ketika pembangunan infrastruktur lain seperti transportasi kereta cepat dan tol layang sudah rampung, Bandung Selatan dapat menjadi motor ekonomi baru di Bandung Raya.
Ditambah dengan adanya Bandara Kertajati yang akan rampung dan segera dapat beroperasi, Bandung-Jakarta menuju ke arah kota megapolitan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat Agung Suryamal, seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis (22/3/2018), memperkirakan kondisi tersebut akan mengerek perekonomian Bandung Selatan hingga 30 persen.
“Saya perkirakan angka itu dapat dicapai dalam empat-lima tahun ke depan,” katanya dalam keterangan resminya.
Sektor-sektor yang diperkirakan tumbuh, menurut Agung, antara lain tekstil, pariwisata, pertanian, dan agroindustri.
Ia optimistis kalau industri tekstil Bandung Selatan akan sukses karena waktu tempuh pengiriman barang semakin efektif.
Begitu juga dengan pariwisata, sektor ini akan terus naik, tidak hanya berbasis wisata alam, tetapi juga wisata kreatif atau museum dengan tema tertentu. Bahkan, kata dia, Bandung Selatan dapat membantu perekonomian nasional dari pariwisata dan ekspor.
“Kita tahu, pemerintah pusat fokus pada dua hal itu untuk menstabilkan perekonomian,” tambah Agung.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang diutarakan Jokowi saat peresmian. Ia bilang, keberadaan Tol Soroja harus diimbangi percepatan pembangunan dari pemerintah kabupaten. Dari beragam potensi, pariwisata bisa jadi fokus utama.
Berbicara mengenai hal itu, wilayah Bandung Selatan sebenarnya punya daya tarik karena alamnya yang hijau dan suasana asri.
(Baca: Bandung Selatan di Waktu Malam, Sebuah Nostalgia...)
Di sana juga tersedia banyak obyek wisata, mulai dari agro wisata sampai wisata tirta. Di antaranya Ciwidey, Malabar, Kawah Putih, dan Situ Patenggang.
Target investasi baru
Beragam hal itu membuat Agung memprediksi bahwa Bandung Selatan akan menjadi target investasi baru.
Bahkan, bisa-bisa kondisinya mengalahkan wilayah utara. Lahan di sana saat ini sangat terbatas.
Karenanya, salah satu yang bisa dijadikan sasaran adalah berinvestasi di bidang properti. Bandung Selatan dapat menjadi alternatif sebagai kawasan hunian di tengah kondisi kemacetan di Kota Bandung yang terus meningkat.
Saat ini, pengembang yang menangkap peluang kalau wilayah itu layak dijadikan tempat tinggal dan juga lahan investasi adalah Agung Podomoro Land (APL) lewat hunian Podomoro Park di kawasan Buah Batu, Bandung Selatan.
Adapun konsep yang dikedepankan adalah kekuatan utama Bandung bagian selatan, yakni alam hijau nan asri.
Oleh karena itu, Harmony with Nature jadi konsep utama hunian bernuansa resor tersebut. Inspirasinya dari perumahan di kota besar California yang juga bernuansa alam, Woodbrige Irvine California.
Kawasan yang sedang digarap memiliki luas lebih dari 100 hektar. Selain hunian, 10 hektar di antaranya akan dipakai sebagai area komersial.
Assistant Vice President Strategic Residential Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya, mengatakan, konsep properti yang ditawarkan cocok dengan potensi Bandung Selatan sebagai kawasan pariwisata.
“Proyek masterpiece terbaru ini dapat dikategorikan sebagai ‘a world class home resort’,” ujar Agung kepada Kompas.com, Rabu (28/3/2018).
Karenanya, hunian yang dikembangkan juga tak sembarangan. Ada lima elemen yang akan jadi bagian dari hunian itu.
Pertama, bakal ada pepohonan rimbun dan taman kolektif yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
Kedua, ada pula area rekreasi air berupa danau sepanjang lebih kurang 1 kilometer (km) yang didesain oleh konsultan lansekap ternama Singapura, Palmscape, bekerja sama dengan konsultan internasional Water Equipment Technology (WET) asal Australia.
Bagian tersebut cocok untuk keluarga karena tersedia fasilitas bermain untuk anak-anak.
Keempat, desain hunian berhadapan langsung dengan pemandangan pegunungan Bandung Selatan sehingga mereka yang menetap di sana dapat memperoleh udara sejuk dari pegunungan.
Terakhir, udaranya didukung embusan wind tunnel dari pegunungan Malabar dan Patuha sehingga sejuk dan bersih.
Menetap di sana membuat penghuni berkesempatan untuk merasakan selayaknya berlibur dan relaksasi tiap hari.
Begitu pun dengan yang berinvestasi. Dengan fakta kunjungan wisatawan sedemikian banyaknya per akhir pekan dan interkoneksi megapolitan Jakarta–Bandung, lokasi hunian itu layak untuk mereka yang berencana mendapatkan untung dari investasi.
“Podomoro Park adalah kawasan hunian yang merupakan sunrise property. Karenanya, ada banyak keuntungan yang bisa didapat,” tambahnya.