BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Podomoro Park

Kunci Atasi Repotnya "Long Weekend" Ke Bandung

Kompas.com - 02/04/2018, 07:17 WIB
Mikhael Gewati,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Malam itu, Kamis, sambil mengendarai mobil Adit (26) terlihat gelisah. Raut mukanya muram. Ia berkali-kali menggelengkan kepala.

"Wah kalau macet parah begini kapan sampainya ke Bandung," kata dia sambil menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannya lagi.

Pria yang berprofesi sebagai tenaga marketing di perusahaan swasta ini berencana pergi ke Bumi Perkemahan Cikole, Bandung, Jawa Barat. Ia ingin memanfaatkan long weekend untuk berkemah bersama istri dan kedua anaknya karena ada libur nasional yang jatuh pada Jumat ini.

Kisah Adit tersebut bisa jadi dialami banyak warga Jakarta lainnya. Long weekend atau akhir pekan panjang mereka manfaatkan untuk berlibur ke luar daerah. Karenanya, Bandung menjadi salah satu tujuan favorit karena letaknya tak begitu jauh dari Ibu Kota.

Sayangnya, arus lalu lintas di jalan bebas hambatan atau tol dari Jakarta menuju Bandung pada hari-hari seperti itu macet parah. Hal ini seperti diwartakan Tribun pada Jumat (16/2/2018).

Menurut artikel tersebut, perjalanan Jakarta - Bandung yang biasa ditempuh selama 2-3 jam dengan kendaraan pribadi, bisa-bisa malah bertambah karena macet menjadi 6 jam.

Serbuan kendaraan berplat nomot polisi B pada akhir pekan memang menjadi pemandangan lazim di Tol Jakarta-Cikampek hingga Tol Cipularang, rute Jakarta - Bandung. Apalagi saat long weekend terjadi, seperti pada libur imlek Februari lalu.

Pada dasarnya, jalan keluar akan kondisi tersebut tengah diupayakan. Pengerjaan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated yang melintasi tol Cipularang diharapkan dapat mengurai kemacetan.

Paling tidak, pembangunan yang direncanakan selesai dan dapat beroperasi pada 2019 tersebut bisa jadi alternatif bagi pengendara yang hendak ke Cikampek atau Bandung dari Jakarta atau pun sebaliknya.

Kenapa Bandung?

Ada banyak alasan yang membuat warga Jakarta hijrah ke Bandung untuk berakhir pekan. Salah satunya adalah kesejukan udara di kota tersebut.

Letak Bandung yang berada 768 meter di atas permukaan laut membuat udara di kota ini menjadi sejuk. Berbeda dengan Jakarta yang cenderung panas dan lembab karena dekat dengan garis pantai. 

Penampakan gedung Bandung Crearive Hub di Jalan Sukabumi, Kamis (28/12/2017).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Penampakan gedung Bandung Crearive Hub di Jalan Sukabumi, Kamis (28/12/2017).

Alasan lain adalah wisata belanja dan kuliner di Bandung yang benar-benar berbeda dengan kota lain. Pusat-pusat perbelanjaan di sana cenderung berbeda dan sarat dengan peritel kelas menengah atas. Sementara itu, kafe-kafenya banyak menawarkan menu internasional seperti Eropa, dan Jepang.

Belum lagi, desain bangunan mal dan kafenya yang menarik. Desain arsitekturalnya, mulai dari fasad hingga interior, memberikan suasana istimewa dan berbeda.

Di antara yang menarik adalah perpustakaan dengan design dinding yang memakai 2.000 ember es krim. Lalu, ada juga gedung kreatif yang berbentuk poligon.

Potensi Bandung Selatan

Meski menjadi tempat favorit berlibur, potensi pariwisata Bandung secara keseluruhan belumlah tergarap. Saat ini, Bandung utara masih menjadi destinasi populer di kalangan pelancong.

Mereka lebih sering ke Bandung Kota, Dago, Lembang, dan Cimahi. Sementara itu, di  Bandung Selatan, baru Ciwidey saja yang populer.

Padahal, di sana banyak sentra kegiatan agro (pertanian dan perkebunan) yang menjadi obyek wisata kerena keindahan alamnya.

Contohnya Ranca Bali. Di sini ada obyek wisata Kawah Putih, yaitu danau kawah dari Gunung Patuha. Lalu Situ Patenggang (danau alam), dan Ranca Upas.

Deretan mobil jip terparkir di halaman Pabrik Teh Dewata, Gunung Tilu, Ciwidey, Jawa Barat, Rabu (29/4/2015). Alternatif transportasi untuk dapat mencapai kawasan perkebunan selain kendaraan pribadi adalah menyewa mobil jip.Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo Deretan mobil jip terparkir di halaman Pabrik Teh Dewata, Gunung Tilu, Ciwidey, Jawa Barat, Rabu (29/4/2015). Alternatif transportasi untuk dapat mencapai kawasan perkebunan selain kendaraan pribadi adalah menyewa mobil jip.

Nama terakhir adalah tempat konservasi berbagai macam tumbuhan flora langka serta fauna seperti burung dan rusa. Tempat itu pun menjadi kawasan perkemahan.

Ada pula Gunung Puntang yang bisa dijadikan tempat berkemah, trekking, atau bersepeda. Di sana terdapat juga air terjun Siliwangi.

Nah, kini setelah kehadiran Tol Soroja (Soreang - Pasir Koja), potensi wisata di Bandung Selatan berpeluang akan dibanjiri para wisatawan.

Jalan bebas hambatan penghubung Kota Bandung dengan Kabupaten Bandung dan terkoneksi dengan Tol Purbaleunyi ini bisa membuat mobilitas ke Bandung Selatan jadi lebih mudah dan cepat.

Presiden Joko Widodo yang hadir pada peresmian tol tersebut, Senin (4/12/2017), optimis kehadiran Tol Soroja bisa meningkatkan kunjungan wisata ke beberapa destinasi di sana.

“Kami harapkan dengan tol ini jarak tempuh Bandung ke Soreang hanya memakan waktu kurang lebih 12 menit. Lebih cepat dari sebelumnya yang bisa mencapai satu setengah jam lebih karena macet melalui Kopo,” katanya.

Bagi yang suka dengan alam pengunungan seperti di Bandung Selatan, kehadiran Tol Soroja, malah membuka peluang bagi mereka untuk tinggal dan menetap di sana.

Kesempatan itu ditangkap dan diwujudkan oleh Agung Podomoro Land (APL) melalui pengembangan perumahan modern Podomoro Park di kawasan Buah Batu.

Proyek itu mengusung konsep utama Harmony with Nature, yang terinspirasi dari kawasan hunian Woodbrige Irvine California. Kemudian agar konsepnya berkelas global, desain masterplan dan landscape dibuat oleh Palmscape Singapore.

“Proyek masterpiece terbaru persembahan Agung Podomoro Land tersebut  dapat dikategorikan sebagai ‘a world class home resort’,” ujar AVP Head of Strategic Residential Marketing Division Agung Wirajaya, Rabu (28/3/2018).

Podomoro Park Buah Batu, Bandung Selatan.Podomoro Park Podomoro Park Buah Batu, Bandung Selatan.

Dilanjutkan olehnya, hunian tersebut memiliki lima elemen hunian bernuansa resort.

Pertama, konsep hunian dibuat menyatu dengan alam. Jadi, bakal ada pepohonan rimbun dan taman kolektif yang berfungsi sebagai paru-paru kota.

Kedua, ada pula area rekreasi air berupa danau sepanjang kurang lebih 1 kilometer (km), di samping yang ketiga, ruang terbuka hijau dengan luas berkisar 50 hektar.

Keempat, desain hunian pun berhadapan langsung dengan pemandangan pengunungan Bandung Selatan, sehingga mereka yang menetap di sana dapat memperoleh udara sejuk dari pengunungan.

Terakhir, udaranya didukung embusan wind tunnel dari pegunungan sehingga sejuk dan bersih.

Di dalam hunian dengan sistem keamanan 24 jam tersebut, terdapat pula area komersil seluas 10 hektar.

Di dalamnya termasuk jogging track tepi danau yang dikerjakan oleh konsultan internasional Water Equipment Technology (WET) asal Australia, dan club house yang mencakup kolam renang, pusat kebugaran, serta ruang serba guna.

Untuk konektivitas, kompleks hunian ini akan dibangun dengan jarak 2 km dari Pintu Tol Buah Batu. Tujuannya, agar penghuni lebih mudah melakukan mobilitasnya baik ke Bandung maupun ke kota lain, seperti Jakarta.

Bila pelebaran jalan di Tol Jakarta - Cikampek dan pembangunan Jalan Layang Tol Jakarta - Cikampek rampung,  lalu dikombinasikan dengan pelaksanaan peraturan ganjil genap di gerbang Tol Bekasi Barat dan Timur yang baru saja berjalan, maka kemacetan perjalanan dari Jakarta ke Kota Paris Van Java kelak bisa teratasi.

Dengan begitu, menikmati keindahan Bandung Selatan tak lagi terhalang masalah jarak. Mau long weekend atau bahkan hari biasa pun seharusnya tak lagi jadi persoalan.

“Terlebih lagi kalau project kereta cepat telah selesai, perkiraan durasi Jakarta – Bandung hanya 30 menit. Ini jadi peluang bagi masyarakat yang bekerja di Jakarta untuk memilih tinggal di Bandung,” kata Agung.

Dengan hunian bernuansa resort yang dipilih di Bandung, kata dia lagi, siapapun bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan layaknya berlibur dan relaksasi tiap hari.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com