Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

53/80, Danisworo Memperkaya Arsitektur Indonesia

Kompas.com - 24/04/2018, 14:54 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mohammad Danisworo. Siapa yang tidak mengenalnya? Maestro arsitektur Indonesia yang karya dan dedikasinya mewarnai perkembangan Jakarta, dan kota-kota lain Nusantara.

Tak terasa, 2018 merupakan tahun ke-53 Danisworo memperkaya khazanah arsitektur Tanah Air. Dalam usianya yang tak lagi muda, Danisworo masih memikirkan ranah yang membesarkan namanya ini.

Dalam wawancara terakhir dengan Kompas.com  Senin (23/4/2018) malam, lelaki kelahiran Semarang, 2 April 1938 ini bicara tentang Jakarta, kota berbaurnya keragaman budaya, suku, agama, etnis, dan juga kepentingan.

Untuk itu, kata Danisworo, Jakarta tidak hanya direncanakan sebagai kota melainkan juga harus dirancang secara paripurna, sehingga bisa memanjakan dan memenuhi segala kebutuhan warganya.

Menurut Danisworo, Jakarta aktual belumlah bisa dikatakan berfungsi sebagai sebuah kota. Apalagi berkualitas, alih-alih menarik secara visual, dan ramah lingkungan.

"Belum fungsional, karena itu tidak bisa bicara berkualitas," ucap Danisworo.

Rasuna Epicentrumbakrieland.com Rasuna Epicentrum
Kendati bicara lebih lambat, namun intonasi dan akulturasinya dalam menjelaskan pandangannya tentang Jakarta demikian cergas, dan lugas.

Melalui struktur kalimat yang tertata apik, Danisworo mendasarkan penilaiannya terhadap ibu kota Indonesia ini pada tiga prinsip utama.

Ketiganya adalah kualitas fungsional, kualitas visual, dan kualitas lingkungan. Kualitas fungsional dalam arti Jakarta harus menjadi kota yang menjamin keselamatan, keamanan, kenyamanan, efektivitas dan efisien warganya dalam beraktivitas.

"Kalau saya menempuh jarak 3 kilometer membutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Jakarta tidak berfungsi. Sebaliknya jika bisa ditempuh hanya dalam hitungan menit dengan berjalan kaki, inilah kota yang berkualitas," kata dia.

Sementara kualitas visual adalah tentang kejelasan, estetika, karakter, dan jati diri kota. Warga mudah untuk bergerak karena dipandu oleh petunjuk arah, lancar, tidak chaos

Sedangkan kualitas lingkungan adalah bagaimana Jakarta bisa beradaptasi dengan lingkungan menyangkut iklim, ekologi, sosial, dan budaya.

Jakarta Skyline.worldpropertychannel.com Jakarta Skyline.
"Hemat saya mengkaji Jakarta itu tak hanya melihat gedung dan desain. Juga bagaimana kota ini menyediakan ruang bagi warganya nyaman berinteraksi sosial. Ini ciri baru Jakarta," sebut Danisworo.

Ketertarikan perancang kawasan komersial terpadu Rasuna Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, ini pada arsitektur sejak berusia 16 tahun.

Saat itu, dia melihat sebuah bangunan empat lantai di sudut Jalan Sabang dan Jalan Kebon Sirih, Jakarta. Hal ini mendorongnya untuk menekuni pendidikan arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Beberapa masa setelahnya, Danisworo meneruskan studi mengenai rancang kota di University of California Berkeley dan memperoleh gelar doktoral Urban Environmental Planning dari University of Washington.

Setelah studinya ini, Danisworo memulai karir profesionalnya di biro arsitektur Skidmore, Owing and Merril (SOM), Chicago. 

Ilustrasi kemacetan ibukota.SHUTTERSTOCK Ilustrasi kemacetan ibukota.
Pengalaman ini mengubah perspektifnya mengenai arsitektur yang merupakan proses untuk memecahkan masalah. Proses ini membutuhkan kerja sama dalam kelompok, semangat yang dibawa dan ditularkannya hingga kini.

Kembali ke Indonesia, dia memulai karirnya justru sebagai pengajar pada jurusan arsitektur ITB seraya mengasah profesionalitasnya sebagai arsitek di ENCONA Engineering dan menjadi bagian dalam merancang Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, dan berbagai proyek penting lainnya.

Danisworo menjadi penasihat dalam pengambilan keputusan sejumlah lembaga pemerintah dan swasta serta menjadi bagian dari Tim Penasihat Arsitektur Kota (TPAK), sekarang Tim Ahli Bangunan Gedung, Arsitektur, dan Perencanaan.

Kemacetan mengular dari Jalan KS Tubun menuju Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengendara bahkan membutuhkan waktu 30 menit hingga 1 jam hanya untuk menuju kawasan Pasar Tanah Abang, Rabu (18/4/2018). KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Kemacetan mengular dari Jalan KS Tubun menuju Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pengendara bahkan membutuhkan waktu 30 menit hingga 1 jam hanya untuk menuju kawasan Pasar Tanah Abang, Rabu (18/4/2018).
Catatan karir dan kontribusinya semakin lengkap saat ia pada 1994 merintis Pusat Studi Urban Design (PSUD), sebuah lembaga yang menghimpun informasi dan pengetahuan mengenai rancang kota.

Bicara tentang 53/80 sebagai judul artikel ini adalah mengenai rangkaian acara perayaan hari lahir, dan juga kontribusinya memperkaya khazanah arsitektur di Indonesia.

Selama lebih dari lima dasa warsa, Danisworo sampai pada kristalisasi isu besar arsitektur. Menurut dia, arsitektur lebih dari sekadar sebuah bangunan.

Arsitektur adalah manifestasi tanggung jawab arsitek dalam perubahan peradaban masyarakat ke arah yang lebih baik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com