BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Schneider

Begini Cara Cegah Karyawan Sakit Massal dalam Gedung

Kompas.com - 24/04/2018, 13:58 WIB
Haris Prahara,
Dimas Wahyu

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja suatu organisasi dapat berjalan baik apabila masing-masing anggotanya bekerja maksimal.

Namun, selain kapasitas dari setiap anggota tim, sejatinya ada hal yang tak kalah penting. Aspek tersebut adalah lingkungan fisik pekerjaan, misalnya ruangan kantor.

Apabila ruangan kerja tidak ditata dengan benar, akibatnya bisa fatal.

Sebagai contoh, pendingin udara yang terlalu dingin bisa menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi para karyawan di dalamnya. Sirkulasi udara yang buruk di ruangan tertutup pun memerangkap virus dan bakteri.

Kondisi seperti itu tentunya dapat menganggu kinerja dan aktivitas perusahaan.

Dalam forum Innovation Summit 2018 Schneider Electric, Rabu (18/4/2018) di Jakarta, Vice President East Asia Japan EcoBuilding Division Schneider Electric Jean-Baptiste H memaparkan bagaimana kondisi tempat kerja berpengaruh pada produktivitas.

Jean mengatakan, sebagaimana riset yang dilakukan pihaknya, didapati bahwa produktivitas kerja akan bergantung pada kondisi tempat kerja karyawan itu.

Salah satu poin yang diteliti adalah pengaruh udara di tempat kerja terhadap jumlah cuti sakit.

Hasilnya, ungkap Jean, lingkungan bersirkulasi udara baik berpengaruh positif terhadap pengurangan risiko cuti sakit karyawan hingga 35 persen.

Berkaca dari temuan itu, sambung dia, sudah selayaknya pengelola gedung perkantoran ataupun perusahaan memperhatikan kondisi tempat kerja bagi karyawan.

"Terlebih lagi, isu produktivitas amatlah krusial pada ketatnya era persaingan bisnis saat ini. Tentunya, tak ada pula perusahaan yang ingin merugi karena karyawannya sering sakit," katanya.

Jean menyarankan, pengelola gedung maupun perusahaan memastikan betul tempat kerja telah memenuhi aspek kenyamanan serta keamanan sebelum digunakan oleh para karyawan.

"Paling sederhana, pastikan jumlah pendingin udara beserta suhunya sesuai dengan kebutuhan jumlah karyawan dalam suatu ruangan," lanjut Jean.

Jean juga mengatakan, buruknya kualitas udara bisa menggerus output kinerja sedikitnya 10 persen, contohnya jumlah ketikan dalam suatu waktu.

Berkaca pada pentingnya kondisi tempat kerja yang baik itulah, tambah dia, Schneider Electric berupaya mengembangkan teknologi agar produktivitas karyawan bisa tetap terjaga. Melalui EcoStruxure misalnya.

Suasana Innovation Summit 2018 Schneider Electric di Jakarta, Rabu (18/4/2018).KOMPAS.com/HARIS PRAHARA Suasana Innovation Summit 2018 Schneider Electric di Jakarta, Rabu (18/4/2018).
Inovasi manajemen energi berbasis digital itu membuat pengelola gedung atau perusahaan dapat mengatur suhu ruangan tempat kerja dengan mudah.

Dengan begitu, produktivitas karyawan bisa tetap terjaga sekaligus menekan risiko pemborosan energi.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com