JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan gaya hidup turut mendorong perubahan pola pikir seseorang dalam menentukan kebutuhan pokoknya. Tak terkecuali untuk mereka yang kini menyandang status sebagai generasi milenial.
Apa saja kebutuhan pokok itu? Tentu saja sandang, pangan, dan papan. Papan atau hunian memang diletakkan pada posisi terakhir karena harganya yang relatif cukup tinggi.
Baca juga : Bagi Generasi Milenial, yang Jadi Masalah Bukan DP Tapi Cicilan Rumah
Meski demikian, hal tersebut tidak menjadikan papan bergeser posisinya sebagai barang kebutuhan pokok. Seiring dengan meningkatnya status sosial seseorang, menikah misalnya, mereka membutuhkan tempat tinggal untuk membangun keluarga.
Akan tetapi bagi generasi milenial yang hidup pada era perkembangan teknologi seperti saat ini, hunian bukan menjadi kebutuhan primer. Meskipun, mereka tetap membutuhkannya suatu saat nanti.
Hal itu setidaknya terlihat dari riset yang dilakukan Kompas.com pada 7-11 April 2017 lalu dengan jumlah 300 responden generasi milenial yang tinggal di tujuh kota besar.
Riset menunjukkan, hanya 39 persen generasi milenial dengan rentang usia 25-35 tahun yang telah memiliki hunian. Ini artinya menyisakan 61 persen yang belum punya tempat tinggal.
Baca juga : Lima Tahun Lagi, Generasi Milenial Terancam Tidak Bisa Membeli Rumah
Kelompok usia ini dipilih karena secara finansial dianggap sudah lebih mapan.
Kendati secara finansial mereka sudah cukup mapan, bukan berarti mereka tidak memiliki pinjaman hutang atau cicilan.
Kenyataannya, 61 persen di antaranya menjawab memilikinya dan dari jumlah tersebut 30 persen menggunakannya untuk membeli kendaraan.
Kebutuhan atas kendaraan pribadi diperlukan untuk menunjang kebutuhan mereka dalam membelah jalanan yang macet.
Para generasi milenial ini menganggap sistem transportasi publik yang ada saat ini belum maksimal, sehingga mereka memilih kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, sebagai moda transportasi.
Meski kendaraan termasuk ke dalam kredit konsumtif, bukan berarti para generasi milenial ini tidak peduli atas kepemilikan rumah.
Nyatanya, 20 persen dari mereka yang memiliki pinjaman atau cicilan, menggunakannya untuk mengajukan kredit pemilikan rumah atau KPR.
Khusus untuk cicilan KPR ini, rata-rata yang menjawab adalah mereka yang sudah menikah. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan mereka dalam menyempurnakan hidup berumah tangga.
Lantas, kemanakah penghasilan mereka dilarikan bila tidak memiliki utang atau cicilan? Selain menggunakan untuk memenuhi keperluan rutin seperti makan, rumah/kotrakan/kos, transportasi dan kebutuhan lainnya, tidak sedikit yang menggunakan kelebihan uangnya untuk jalan-jalan, membeli pakaian, nongkrong, nonton, membeli make up, sepatu, hingga modifikasi kendaraan.
Bahkan untuk kebutuhan jalan-jalan, 66 persen responden menjawab untuk memenuhi kebutuhan itu. Sulit dipungkiri, generasi milenial tidak bisa terlepas dari stereotype ingin mendapatkan pengakuan. Terutama di media sosial.
Seiring dengan perkembangan teknologi, media sosial menjadi tempat untuk mencurahkan eksistensi mereka kala melakukan aktivitas. Tak terkecuali jalan-jalan.
Meski begitu, tak sedikit juga dari generasi ini yang mengalokasikan penghasilan lebih mereka ke tabungan (68 persen).
Namun yang perlu digarisbawahi, hanya 20 persen dari mereka yang memilih menabung dan berencana mengalokasikan tabungannya untuk membeli rumah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.