JAKARTA, KOMPAS.com – Jika Jawa Tengah punya Tol Bawen-Salatiga yang dikenal sebagai panoramic toll road, lantaran keindahan Gunung Merbabu yang menjadi latar belakang gerbang Tol Salatiga, Jawa Timur tak mau kalah.
Di provinsi yang dipimpin Soekarwo itu kini telah rampung dibangun Jalan Tol Ngawi-Kertosono yang dirancang sepanjang total 87,02 kilometer dengan keindahan panorama alam yang tak kalah ciamik.
Baca juga : Tunggu Diresmikan Jokowi, Tol Ngawi-Kertosono Siap Dibuka
Direktur Utama PT Ngawi Kertosono Jaya (NKJ) Iwan Moedyarno mengatakan, tol ini “diapit” dua gunung yang indah, yaitu Gunung Lawu dan Gunung Wilis. Pemandangan kedua gunung itu akan terlihat jelas, terutama saat cuaca cerah.
“Kalau cerah sekali, kita dari arah Ngawi itu di sisi sebelah kanan ada Gunung Lawu, terus sampai Madiun di sisi kanan ada Gunung Wilis. Saya pernah lihat sendiri, kalau dari interchange Madiun lihat ke arah barat itu bisa Gunung Lawu, sebelah kiri lihat Gunung Wilis,” kata Iwan kepada Kompas.com, Selasa (20/3/2018).
Tak hanya itu, saujana terbentang luas hingga cakrawala sawah dan perkebunan hijau menghampar, bak permadani tebal yang membuat atmosfer segar. Ditingkahi langit biru, menambah indah panorama Tol Ngawi-Kertosono.
Cara itu lebih dipilih daripada shotcrete, lantaran memberikan pemandangan hijau kepada pengendara.
Baca juga : Ada Jalan Tol, Ngawi-Kertosono Cuma Satu Jam
Shotcrete merupakan mortar yang disemprotkan dengan kekuatan tinggi pada suatu permukaan, sehingga akan menampilkan pemandangan beton.
Sementara hydroseeding merupakan metode revegetasi dengan mencampurkan benih tanaman, fiber dan nutrient yang diformulasi sedemikian rupa, untuk kemudian disemprot dengan media air ke lahan rusak untuk menumbuhkan kembali.
“Kami menawarkan jalan lurus yang di sebelah kiri dan kananya ini sekarang itu di daerah galian bukan shortcrete tapi hydroseeding. Ini sekaligus untuk menanggulangi longsor,” kata Iwan.
Hal itu tidak terlepas dari sempitnya jalur arteri yang ada, selain jalan yang berkelok-kelok sehingga membuat laju kendaraan tidak bisa bergerak cepat.
Demikian halnya adanya sembilan jalan persimpangan kereta api di sepanjang jalur tersebut.
“Kalau ini kita masukkan sebagai jalan bebas hambatan, kalau jalan dengan kecepatan 90-100 kilometer per jam saja, itu waktu tempuhnya cukup 1 jam,” tuntas Iwan.