JAKARTA, KompasProperti - Perkembangan coworking space atau ruang kolaborasi berlangsung selama 4 tahun terakhir di Indonesia.
Meski demikian, ruang kolaborasi bisa berhasil jika ada komunitas yang kuat.
"Coworking space itu bisnis komunitas, tidak hanya bicara soal ruang. Ada ruang kosong terus ditambah meja, kursi, wifi saja, tidak cukup," ujar anggota asosiasi ruang kolaborasi coworking.id Christopher Angkasa di EV Hive @Plaza Kuningan, Rabu (29/11/2017).
Menurut Christopher, bisnis kantor kolaborasi mungkin terlihat mudah dan menyenangkan.
Namun, jika pemilik kantor kolaborasi hanya mengandalkan ruang kosong saja tanpa menarik komunitas dan menawarkan jaringan, maka kecil kemungkinan kantor akan dihuni.
"Orang Indonesia senang berkumpul, bekerja sama, dan saling bertemu. Jadi bekerja di coworking space akan lebih nyaman," sebut Christopher.
Sementara itu, menurut CEO sekaligus pendiri EV Hive, Carlson Lau, kantor kolaborasi cocok bagaimana pengusaha yang baru memulai bisnisnya dengan tim yang masih berkembang.
Para pengusaha muda ini, dapat mengalihkan modalnya untuk menyewa kantor kolaborasi daripada berkantor di gedung besar dengan sewa lebih mahal.
"Di EV Hive, penyewa lebih fleksibel, yakni bisa dibayar secara harian, atau per jam, kemudian bisa gunakan meeting room juga," jelas Christopher.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.