Meski demikian, ruang kolaborasi bisa berhasil jika ada komunitas yang kuat.
"Coworking space itu bisnis komunitas, tidak hanya bicara soal ruang. Ada ruang kosong terus ditambah meja, kursi, wifi saja, tidak cukup," ujar anggota asosiasi ruang kolaborasi coworking.id Christopher Angkasa di EV Hive @Plaza Kuningan, Rabu (29/11/2017).
Menurut Christopher, bisnis kantor kolaborasi mungkin terlihat mudah dan menyenangkan.
Namun, jika pemilik kantor kolaborasi hanya mengandalkan ruang kosong saja tanpa menarik komunitas dan menawarkan jaringan, maka kecil kemungkinan kantor akan dihuni.
"Orang Indonesia senang berkumpul, bekerja sama, dan saling bertemu. Jadi bekerja di coworking space akan lebih nyaman," sebut Christopher.
Sementara itu, menurut CEO sekaligus pendiri EV Hive, Carlson Lau, kantor kolaborasi cocok bagaimana pengusaha yang baru memulai bisnisnya dengan tim yang masih berkembang.
Para pengusaha muda ini, dapat mengalihkan modalnya untuk menyewa kantor kolaborasi daripada berkantor di gedung besar dengan sewa lebih mahal.
"Di EV Hive, penyewa lebih fleksibel, yakni bisa dibayar secara harian, atau per jam, kemudian bisa gunakan meeting room juga," jelas Christopher.
https://properti.kompas.com/read/2017/11/29/195657021/tidak-hanya-ruang-coworking-space-tawarkan-jaringan