JAKARTA, KompasProperti - Urban Land Institute (ULI) baru saja merilis riset Emerging Trends in Real Estate Asia Pacific 2018.
Dalam riset tersebut, terjadi penurunan tren di beberapa kota besar di dunia. Sebelumnya, ULI melaporkan Jakarta termasuk kota teratas di Asia pada peringkat prospek investasi, bersama dengan Bangalore dan Manila.
"Tahun ini, (di Asia) hanya Ho Chi Minh yang terlihat naik, karena sentimen di tempat lain menurun," tulis hasil riset tersebut.
Ho Chi Minh berada di posisi 3 teratas dengan indeks 5,94. Posisi pertama diduduki oleh Sydney sedangkan kedua Melbourne dengan indeks masing-masing 6.6 dan 6.2. Sementara Jakarta berada di peringkat 17 dengan indeks 5,43.
Secara khusus, Indonesia terus mengalami dampak kekosongan kantor. Namun, prospek di Jakarta tidak terlalu negatif secara universal.
Di sisi lain, persewaan mengalami penurunan. Namun properti ini akan berada di posisi yang baik ketika pasar mulai naik. Hal yang sama berlaku untuk properti hunian.
Kemerosotan kantor
Minat membeli aset kantor di Jakarta telah merosot sejak beberapa tahun terakhir, tepatnya sejak 2015, karena kekhawatiran berlebihnya pasokan.
Menurut JLL, kekosongan telah meningkat menjadi hampir 30 persen, sementara tingkat sewa merosot 11 persen secara tahunan pada paruh pertama 2017.
Sementara ada penyesuaian, harga sewa belum turun 50 persen. Kebanyakan pengembang pasti akan mengerem pasokan, karena memakan waktu lebih lama untuk sewa dan kembalinya modal.
Meski demikian, dengan pasokan masuk yang semakin berkurang mulai tahun 2018, mungkin ada harapan.
Adapun di sektor perumahan, pasar kelas atas terpukul sangat keras, meskipun beberapa proyek baru di Indonesia, khususnya di pusat kota dengan pengembangan multifungsi umumnya mendapat respon positif dari pasar.