Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Properti Bisa Bangkit Tahun Depan, dengan Catatan...

Kompas.com - 21/11/2017, 11:03 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Padahal, harga per unit kondominium itu berkisar antara Rp 2,8 miliar sampai Rp 9 miliar.

"Kita lihat dari fenomena Fifty Seven Promenade, sebetulnya orang ada kok (uangnya), daya beli ada. Tinggal mereka mau spent atau enggak," ujarnya.

Ekonomi Dunia

Ketimbang gejolak politik dalam negeri, Panangian menilai, kondisi perekonomian dunia justru lebih memeengaruhi bisnis properti Tanah Air.

Seperti pada 2004 lalu, perekonomian dunia cukup baik sehingga Indonesia pun merasakan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.

"Ekonomi kita naik sampai 2008, dari 4 koma sekian sampai 6 persen. Harga barang komoditas juga naik, di situlah booming properti," kata dia.

Ilustrasi rumah subsidi.KOMPAS.com / DANI PRABOWO Ilustrasi rumah subsidi.
Meski sempat terjadi penurunan pada tahun 2009 akibat supply mortgage, tapi properti kembali mengalami tren kenaikan pada 2010 dan 2011. Puncaknya, booming properti terjadi pada 2013.

Namun saat tampuk kepemimpinan beralih dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo, dunia kebetulan tengah mengalami gejolak ekonomi.

Mulai dari Brexit 2015, ekspor Indonesia yang menurun akibat devaluasi nilai mata uang Yuan China, hingga rentetan serangan teroris di Eropa.

Panangian menambahkan, ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sedang mengalami perbaikan.

Ilustrasi apartemenThinkstock Ilustrasi apartemen
Namun, ekses yang ditimbulkan akibat pelambatan ekonomi pada tahun sebelumnya masih dirasakan sehingga bisnis properti pun kurang baik.

Untungnya saat ini, menurut dia, kondisi ekonomi dunia sudah mulai membaik. Dengan demikian akan berdampak terhadap membaiknya perekonomian dalam negeri.

"Pertanyaannya, bagaimana lima tahun ke depan? Sekarang lagi naik trennya. Artinya lima tahun ke depan ekonomi Indonesia lagi bagus, apalagi infrastruktur sedang dalam tahap diselesaikan," tuntasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com