Padahal, harga per unit kondominium itu berkisar antara Rp 2,8 miliar sampai Rp 9 miliar.
"Kita lihat dari fenomena Fifty Seven Promenade, sebetulnya orang ada kok (uangnya), daya beli ada. Tinggal mereka mau spent atau enggak," ujarnya.
Ekonomi Dunia
Ketimbang gejolak politik dalam negeri, Panangian menilai, kondisi perekonomian dunia justru lebih memeengaruhi bisnis properti Tanah Air.
Seperti pada 2004 lalu, perekonomian dunia cukup baik sehingga Indonesia pun merasakan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.
"Ekonomi kita naik sampai 2008, dari 4 koma sekian sampai 6 persen. Harga barang komoditas juga naik, di situlah booming properti," kata dia.
Namun saat tampuk kepemimpinan beralih dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo, dunia kebetulan tengah mengalami gejolak ekonomi.
Mulai dari Brexit 2015, ekspor Indonesia yang menurun akibat devaluasi nilai mata uang Yuan China, hingga rentetan serangan teroris di Eropa.
Panangian menambahkan, ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung, kondisi perekonomian Indonesia sebenarnya sedang mengalami perbaikan.
Untungnya saat ini, menurut dia, kondisi ekonomi dunia sudah mulai membaik. Dengan demikian akan berdampak terhadap membaiknya perekonomian dalam negeri.
"Pertanyaannya, bagaimana lima tahun ke depan? Sekarang lagi naik trennya. Artinya lima tahun ke depan ekonomi Indonesia lagi bagus, apalagi infrastruktur sedang dalam tahap diselesaikan," tuntasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.